TEORI-TEORI BELAJAR
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan
nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah swt,
penulis mohon ampun dan pertolongannya serta perlindungan kepada-Nya dan Allah
swt telah menganugerahkan kepada kita kesehatan dan kesempatan kepada penulis
hingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya,
meskipun ada beberapa kendala.
Dalam makalah ini dibahas mengenai
teori-teori belajar yang terbagi atas tiga antara lain ialah teori
behavioristik, teori kongnitip, dan teori humanistic.
Dan mudah-mudahan makalah ini dapat
menambah wawasan bagi kita mengenai teori belajar ini, dan penulis dapat
berharap makalah ini dapat diterima di kalangan mahasiswa / I lainnya, dan
penulis juga berharap agar pembaca makalah ini memberi kritik dan saran, karena
penulis yakin masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, dan
mudah-mudahan kritik dan saran pembaca dapat menjadi motivasi bagi penulis
makalah ini. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu dosen yang telah
memberi bimbingan dalam penulisan makalah ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
Teori-teori
belajar bersumber dari teori atau aliran-aliran psikologi dan teori ini bisa
juga disebut Field Theoryy Insight Full Learning.[1]
Dan bisa juga bertolah belakang dari sudut pandang psikologi tertentu. Di dalam
masa perkembangan psikologi pendidikan di zaman mutakhir beberapa aliran
psikologi pendidikan seperti :
1. Psikologi
Behavioristik
2. Psikologi
Kongnitip
3. Psikologi
Humanistik
Ketiga
aliran psikologi ini di atas tumbuh dan berkembang secara beruntun, yaitu
bertolak dari kenyataan masing-masing kelompok teori belajar tersebut akan
diuraikan sebagai berikut :[2]
1.
Teori Belajar Psikologi Behavioristik
Teori
ini dikemukakan oleh para psikologi Behavioristik dan ia berpendapat, bahwa
tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran atau pengatur dari
lingkungan. Dengan demikian tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat
antara reaksi-reaksi Behavioristik
dengan stimulasinya.[3]
Siapa
yang menguasai hubungan stimulasi respon sebanyak-banyaknya ialah orang pandai
atau yang berhasil dalam belajar dan teori ini juga memiliki kesamaan dengan
cara mengajarkannya dengan psikologi daya atau Herbatisme.
a.
Teori-teori yang mengawali
perkembangan psikologi Behavioritik
Teori
ini mulai mengalami perkembangan dengan lahirnya taori-teori tentang belajar
yang dipelopori oleh Themdike, Paviov, Wabon dan Ghuthric. Pada
mulanya, pendidikan dan pengajarannya di Amerika Serikat didominasi oleh
pengaruh dari Themdike (1874-1949).[4]
2.
Teori Belajar Psikologi Kongnitif
Teori
belajar kongnitif adalah yang terpenting dari sains dognitif yang telah memberi
kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi belajar. Sains
kongnitif , ilmu-ilmu komputer linguistik, intelegensi buatan, matematika, epis
temoloi. Pendekatan psikologi kongnitif lebih menentukan arti penting proses
internal, mental manusia. Dalam pandangan para ahli kongnitif tingkah laku
manusia yang tampak tak dapat di ukur dan diterangkan tampa membuat proses
mental yakni motivasi, kesejangan, keyakinan.[5]
a.
Pertumbuhan dan Perkembangan
Kongnitif
Pertumbuhan
dan perkembangan manusia boleh diklasifikasikan kepada kongnitip, psikologis,
dan jasmaniah. Pertumbuhan dan perkembangan berarti perubahan dalam struktur
dan fungsi cirri-ciri manusia. Perubahan itu terjadi dalam kemajuan terus
menerus dalam tahap-tahap yang disebut proses kematangan perubahan-perubahan
ini tidak seragam, tetapi sebagai akibat dari interaksi antara potensi yang di
warisi dan ransangan lingkungan. Ada kala orang belajar lambat atau cepat,
mempunyai pribadi yang menarik atau menjemukan. Cirri-ciri tertentu juga
dikaitkan dengan tahap-tahap perkembangan.
Pandangan
yang paling menyeluruh untuk pertumbuhan dan perkembangan kongnitif sesuai
dengan penyelidikan piaget menggambarkan perkembangan kongnitif menurut
tahap-tahap. Keseluruhan cirri-ciri keempat tahap perkembangan itu antara lain
sebagai berikut :
1.
Tahap-tahap yang berbeda-beda itu
membentuk urutan atau rentetan yaitu organisasi yang berkembang dalam operasi.
2.
Tahap-tahap itu berhirarki,
membuat suatu orde operasi yang makin lama kami bertambah canggih dan
berintegrasi. Jadi, tahap ini menyatakan perbedaan kualitatip yang istimewa
dalam cara berpikir dan cara menyelesaikan masalah yang sama pada kanak-kanak.
3.
Walaupun urutan tahap itu tetap.
Namun tahap-tahap pencapaian berbeda dalam batas-batas tertentu yang merupakan
suatu fungsi budaya dan lingkungan.
4.
Walaupun faktor-faktor budaya bisa
mempercepat atau memperlambat perkembangan kongnitif, namun ia tidak berubah
urutan itu.[6]
Pernah
berpisah dengan latar belakang filsafat ini semenjak revolusi sains, termasuki
psikoloi islam yang tidak lain dari pada penerapan-penerapan dan berbagai aspek
kosmoloi islam tradisional, jadi prinsip-prinsip metafisika dari tradisi itu
dimana sains kosmologi adalah pernyataan dan pemikiran terhadap jagat.[7]
3.
Teori Belajar Psikologi Humanistik
a.
Orientasi
Perhatian
psikologi humanistic yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap
individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka
hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik
aliran humanistic penyusunan dan pengajian materi pelajaran harus sesuai dengan
perasaan dan perhatian siswa.
Tujuan
utama para pendidik membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu untuk
mengembangkan masing-masing individu untuk mengenal dirinya mereka sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang
ada pada diri mereka.
b.
Awal Timbulnya Psikologi Humanistik
Pada
akhir 1940-an muncullah suatu perspektip psikologi baru psikologi ini berusaha
untuk memahami perilaku seseorang dari sudut sipelaku dalam dunia psndidikan,
aliran humanistic muncul pada tahun 1960-1970-an dan mungkin
perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi selama dua decade yang terakhir
pada abad 20.
c.
Behavioristik Versus Humanistik
Dalam
menyoroti masalah perilaku, ahli-ahli psikologi Behavioral dan Humanistik
mempunyai pandangan yang sangat berbeda perbedaan ini dikenal sebagai freedom
determination issue pan behaviorest memandang orang sebagai makhluk reaktif
yang memberikan responnya terhadap lingkungannya. Pengalaman lampau dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Sebaliknya para humanistic
mempunyai pendapat bahwa tiap orang itu menentukan perilaku mereka sendiri.
Mereka bebas dalam memilih kualitas hidup mereka atau tidak terikat oleh
lingkungannya.[8]
4.
Teori Belajar Psikologi Dalam Islam
Seperti
telah dibicarakan sebelumnya bahwa kita tidak dapat memahami sains islam. Termasuk
psikologi islam, atau sains pada tradisi-tradisi yang lain tampa memahami ilmu
alam semesta kemana cabang-cabang sains tradisional itu tergantung seperti yang
tergolong dalam makhluk hidup. Malah sains mutakhirpun, baik didasari
sepenuhnya oleh pencipta-penciptanya atau tidak, berfungsi dalam rangka suatu
pandangan hidup yang muncul pada abad ke-17, yaitu di kala melonjatnya
rasionalisme dan tidak.
Selain
itu islam mempunyai pandangan istimewa terhadap manusia dengan di angkatnya ia
sebagai khalifah di bumi ini, seperti firman Allah swt : “Ingatlah ketika
Tuhanmu berkata pada malaikat ; Aku akan menciptakan khalifah di bumi” (QS 2 :
30) dan berbagai ayat lagi yang menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk unik
di alam ini. Unik dalam watak, dalam fungsi dalam tujuan dalam wujudnya. Begitu
juga unik dalam nasib kesudahannya. Suatu makhluk yang tidak ada persamaannya
dengan makhluk-makhluk yang lain yang kita kenal juga dengan sebaliknya. Ia
diciptakan secara kebetulan atau tanpa tujuan. Manusia pada pandangan islam
adalah penguasa bumi ini, sebab dia diangkat sebagai khalifah segala sesuatu
diciptakan untuknya dengan qadrat Allah swt. Ia di beri kesanggupan mengetahui
segala urusan dunia itu sebagai pemberian dari Allah. Juga di beri peluang
menikmati hasil-hasil keindahannya sebagai suatu nikmat Allah, bukan saja bumi
dan isinya tetapi juga langit disiapkan untuk khalifah manusia di bumi.
Tetapi
manusia pada pandangan islam, walaupun di beri amanah untuk menjadi khalifah,
di beri keterangan dan tanaga berupa benda dan makhluk hidup di beri kemampuan
mengetahui, dan kesediaan menanggapi aspek-aspek yang perlu dalam alam jagat
untuk keperluan khalifah, namun ia tetap makhluk yang lemah. Ia kadang-kadang
di kalahkan oleh nafsu, diperintahkan oleh kelemahan, dan selalu di sertai
kejahilan terhadap dirinya.
Kelemahan
yang mula-mula muncul adalah tunduknya ia kepada godaan nafsu. Seperti di
gambarkan oleh Al-Qur`an sewaktu ia menyerah kepada godaan syetan yaitu nafsu
untuk kekal dan kekuasaan. Ia lupa bahwa ia adalah musuh yang selalu
mengintainya. Lupa itu juga merupakan pengingat baginya dari Aallah. Itulah
gambaran sebenarnya tentang watak manusia.[9]
Kejahilan
manusia terhadap dirinya, masa depannya, kesudahannya, dan akibat perbuatannya
sebab ia terpengaruh oleh hawa nafsu dan kelemahan, sehingga itu tidak sanggup
meletakkan patokan hidup. Walaupun ia telah di persiapi dengan kemampuan
menggunakan benda dengan mengetahui hukum-hukumnya untuk digunakan dalam
khalifah dalam rangka metode yang telah di rangkaikan oleh Allah bagi hidupnya.
Juga
manusia terseret-seret oleh kehidupan dunia dengan segala macam perhiasan
bunga-bunganya, sehingga ia tenggelam dalam arus kemegahan itu dan meninggalkan
sembah dan taat kepada Allah. Iapun berjalan di atas bumi dengan megah,
memperkosa, mencuri dan menganiaya, dan tidak memperhitungkan hari akhirat.[10]
BAB III
PENUTUP
Teori
belajar ialah membahas tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh kita sendiri
dan pengaturan dari lingkungannya, dengan demikian tingkah laku belajar
terdapat jalinan yang erat antara lain reaksi-reaksi dengan stimulasinya.
Dan
pengertian psikologi disini juga terutama tertuju masalah-masalah bagaimana
tiap-tiap individu dipengaruhi dan di bimbing oleh maksud pribadi yang mereka
hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri dalam pandangan para ahli
kongnitif tingkah laku manusia yang tampak tak dapat diukur dan diterangkan
tanpa membuat proses mental yakni motivasi. Kesenjangan dan keyakinan dan
psikologi humanistic yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap
individu di pengaruhi dan di bimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka
hubungkan kepada pengalaman.
Menurut
teori belajar dalam islam suatu makhluk yang tidak ada persamaannya dengan
makhluk-makhluk yang lain. Manusia pada pandangan islam adalah penguasa bumi
ini sebab ia di angkat sebagai khalifah.
Dan segala sesuatu yang diciptakan untuknya
dengan qudrat Allah swt dan menjalankan tugasnya di bumi ini dan untuk bekal di
akhirat nanti.
Demikianlah
makalah ini yang telah disusun semaksimal mungkin dengan segala tenaga dan
pikiran pada penulis. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya kepada penyaji makalah ini. Amin….
[1] M
Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
1990), hlm. 89
[2]
Wasti Soemanto. Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1998),
hlm. 112
[3] Ibid.
hlm. 113
[4]
Nana Syaodih Sukma Dinata. Landasan Psikologi, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2003), hlm. 168
[5] Op.
cit, hlm. 128
[6]
Wasti Soemanto. Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1998),
hlm. 136
[7]
Hasan Launggulung. Asas-Asas Kependidikan Islam, (Jakarta : PT Al-Husna
Zikro, 2000), hlm. 300
[8]
Hasan Launggulung. Asas-Asas Kependidikan Islam, (Jakarta : Al-Husna
Zikro, 2000), hlm. 297
[9] Ibid,
hlm. 301
[10] Loc.
cit, hlm. 302