SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
SEJARAH
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
A.
Pendahuluan
Sejarah tentang ilmu merupakan
sebuah kisah kesuksesan. Kemenangan-kemenangan ilmu melambangkan suatu proses
kumulatif peningkatan pengetahuan dan rangkaian kemenangan terhadap kebodohan
dan takhayul, dan dari ilmu inilah kemudian mengalir arus penemuan-penemuan
yang berguna untuk kemajuan hidup manusia.
Dari sejarah ilmu perkembangan ilmu
pengetahuan dikatakan satu sisi ilmu berkembang dengan pesat, disisi lain,
timbul kekhawatiran yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu itu karena
tidak ada seorangpun atau lembaga yang memiliki otoritas untuk menghambat
implikasi negative dari ilmu.
Dalam tulisan ini penulis akan
membahas mengenai sejarah dan perkembangan ilmu pengetahuan dimulai dari
perkembangan ilmu pada zaman Yunani. Dimana dalam sejarah peradaban manusia
pada waktu itu terjadi perubahan pola piker manusia dari mitosentris menjadi
logosentris. Pola piker minosentris adalah pola piker menjelaskan fenomena
alam. Sehingga dari sinilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang
akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi.
Oleh karena itu, dalam makalah ini
penulis akan memaparkan bagaimana sejarah perkembangan ilmu pengetahuan,
perkembangan ilmu yang dibahas adalah mengenai perkembangan ilmu zaman islam,
renaisans, modern dan kemajuan ilmu zaman computer.
B.
Perkembangan Ilmu Dalam Peradaban Yunani
Periode filsafat Yunani merupakan
periode yang sangat bersejarah dimana peradaban manusia pada waktu itu terjadi
perubahan pola piker manusia yaitu dari pola piker mitosenteris menjadi
logosentris. Pola piker mitosentris adalah pola piker masyarakat yang sangat
mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan
pelangi. Gempa bumi tidak lagi dianggap sebagai aktivitas alam biasa, tetapi
dewa bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Perubahan pola piker tersebut
kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana karena selama ini
alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan dieksploitasi. Manusia
dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan
kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian.[1]
Dari proses inilah orang mulai
mencari jawaban-jawaban rasional tentang problem-problem yang diajukan oleh
alam semesta. Dengan demikian filsafat dilahirkan. Dan pada abad ke-6 SM di
negeri Yunani terjadilah sesuatu yang sama sekali baru. Filsuf-filsuf pertama
memandang dunia atas cara yang belum pernah dipraktekkan orang lain. Mereka
tidak mencari lagi keterangan tentang alam semesta dalam peristiwa-peristiwa
melalui mitos. Suatu contoh sederhana adalah pelangi. Dalam masyarakat Yunani
yang tradisional, pelangi adalah seorang dewi yang bertugas sebagai pesuruh
bagi dewa-dewa lain. Tetapi Xenophanes, salah sorang diantara filsuf-filsuf
pertama, akan mengatakan bahwa pelangi merupakan suatu awan. Kira-kira satu
abad sesudahnya, Anaxagoras sudah mengerti bahwa pelangi disebabkan oleh
pentulan matahari dalam awan-awan.[2]
Dapat dipahami bahwa perkembangan
ilmu ditandai dengan lahirnya, pemikiran filsafat barat diawali pada abad ke-6
sebelum masehi yang ditandai dengan runtuhnya mitos-mitos dan dongeng-dongenng
yang selama ini menjadi pembenaran terhadap setiap gejala alam.
Filosof alam pertama yang mengkaji tentang asal usul alam adalah Thales
(624-546 SM). Ia digelari Bapak filsafat karena dialah orang yang mula-mula
berfilsafat dan mempertanyakan. Apa sebenarnya asal usul alam semesta ini ?.
namun, yang penting adalah pertanyaan itu dijawabnya dengan pendekatan
rasional, bukan dengan pendekatan mitos atau kepercayaan.
Setelah Thales, muncul Anaximandros
(610-540 SM). Dia mencoba menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal,
tidak terbatas, dan meliputi segalanya.
Berbeda dengan Thales dan
Anaximandros, Heraklitos (540-480 SM) melihat alam semesta ini selalu dalam
keadaan berubah sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah
menjadi dingin. Sedangkan Phytagoras (580-500 SM) mengembangkan segala sesuatu
kepada bilangan. Baginya tidak ada satupun yang di ala mini terlepas dari
bilangan. Semua realitas dapat diukur dengan bilangan (kuantitas). Karena itu,
dia berpendapat bahwa bilangan adalah unsure utama dari alam dan sekaligur
menjadi ukuran.
Kalau segala-galanya adalah
bilangan, itu berarti bahwa unsure bilangan merupakan juga unsure yang terdapat
dalam segala sesuatu. Unsure-unsur bilangan itu adalah genap dan ganjil,
terbatas dan tidak terbatas. Jasa Phytagoras ini sangat besar dalam
pengembangan ilmu, terutama ilmu pasti dan ilmu alam. Ilmu yang dikembangkan
kemudian hari sampai hari ini sangat tergantung pada pendekatan matematika.
Dalam filsafat ilmu, matematika merupakan sarana ilmiah yang terpenting dan
akurat karena dengan pendekatan matematikalah ilmu dapat diukur dengan benar
dan akurat.
Puncak kejayaan filsafat Yunani
terjadi pada masa Aristoteles (384-322 SM). Ia murid Plato, seorang filosof
yang berhasil menemukan pemecahan-pemecahan persoalan-persoalan besar filsafat
yang dipersatukannya dalam satu system : logika, matematika, fisika, dan
metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang disebut
silogisme.
Aristoteles berpendapat bahwa tugas
utama ilmu pengetahuan ialah mencari penyebab-penyebab objek diselidiki.
Menurutnya bahwa tiap-tiap kejadian mempunyai empat sebab yang semuanya harus
disebut, bila manusia hendak memahami proses kejadian segala sesuatu. Keempat
penyebab itu menurut Aristoteles adalah :
- Penyebab material (material cause) inilah bahan mana benda dibikin. Misalnya kursi dibuat dari kayu.
- Penyebab formal (formal cause) inilah bentuk yang menyusun bahan. Misalnya bentuk kursi ditambah pada kayu, sehingga kayu menjadi sebuah kursi.
- Penyebab efisien (efficient cause), inilah kejadian, inilah factor yang menjalankan kejadian. Misalnya, tukang kayu yang membuat sebuah kursi.
- Penyebab final (final caese) inilah tujuan yang menjadi arah seluruh kejadian. Misalnya kursi dibuat supaya orang dapat duduk diatasnya.[3]
C.
Perkembangan Ilmu Zaman Islam
Sejak awal kelahirannya, islam
memberikan penghargaan yang begitu besar kepada ilmu. Sebagaimana sudah
diketahui, bahwa Nabi Muhammad saw, ketika diutus oleh Allah sebagai rasul, hidup
dalam masyarakat terbelakang, kemudian islam datang menawarkan cahaya penerang
yang mengubah masyarakat Arab jahiliyah menjadi masyarakat yang berilmu dan
beradab.
Ditinjau dari sejarah, bahwa
pandangan islam tentang pentingnya ilmu tumbuh bersama dengan munculnya islam
itu sendiri. Ketika rasulullah saw, menerima wahyu pertama, yang mula-mula
diperintahkan kepadanya adalah membaca. Jibril memerintahkan Muhammad dengan
bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Perintah ini tidak hanya
sekali diucapkan tetapi berulang-ulang kali sampai nabi dapat menerima wahyu
tersebut. Wahyu yang pertama itu menghendaki umat islam untuk senantiasa
“membaca” dengan dilandasi bismi rabbik, dalam arti hasil bacaan itu nantinya
dapat bermanfaat untuk kemanusiaan.
Selanjutnya ada juga ayat lain yang
menyartakan, bahwa orang yang mengetahui (berilmu) tidak sama dengan orang yang
tidak mengetahui. Ini terdapat dalam Q.S Al-Zumar (39) : 9 :
ô`¨Br& uqèd ìMÏZ»s% uä!$tR#uä È@ø©9$# #YÉ`$y $VJͬ!$s%ur âxøts notÅzFy$# (#qã_ötur spuH÷qu ¾ÏmÎn/u 3 ö@è% ö@yd ÈqtGó¡o tûïÏ%©!$# tbqçHs>ôèt tûïÏ%©!$#ur w tbqßJn=ôèt 3 $yJ¯RÎ) ã©.xtGt (#qä9'ré& É=»t7ø9F{$# ÇÒÈ
Artinya : “(apakah kamu Hai orang musyrik yang
lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud
dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran.”
Selain ayat tersebut di atas, ada
juga hadits rasulullah yang menekankan wajibnya mencari ilmu, seperti carilah
ilmu sampai ke negeri China. Dengan demikian al-Qur’an dan Hadits merupakan
sebagai sumber ilmu yang dikembangkan oleh umat islam dalam spectrum yang
seluas-luasnya.
- Perkembangan Ilmu Pada Masa Islam Klasik
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa pentingnya ilmu pengetahuan
sangat ditekankan oleh islam sejak awal, mulai masa Nabi sampai dengan Khulafa
al-Rasyidin. Perkembangan ilmu dalam islam adalah peristiwa fitnah al-Kubra,
yang tidak hanya membawa konsekuensi logis dari segi politis, tetapi juga
membawa perubahan besar bagi pertumbuhan dan perkembangan ilmu di dunia islam.
Perkembangan dan tradisi keilmuan islam ialah masuknya unsure-unsur dari
luar ke dalam islam, khususnya unsure-unsur budaya persosemitik (zoroastranisme
khusunya mazdaisme, serta Yahudi dan Kristen) budaya Hellemisme yang belakangan
mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran islam ibarat pisau bermata dua.
Satu sisi ia mendukung jabariyah, sedang sisi lain ia mendukung qadariyah
(tokoh dan pendiri mu’tazilah). Dari adanya pandangan dikotomis antara keduanya
kemudian muncul usaha menengahi dengan menggunakan argument-argumen Hellenisme,
terutama filsafat Aritoteles.
- Perkembangan Ilmu Pada Masa Kejayaan Islam
Pada masa kejayaan kekuasaan islam, khususnya pada masa pemerintahan
Dinasti Umayyah dan dinasti Abbasiyah ilmu berkembang sangat maju dan pesat.
Kemajuan ini membawa islam pada masa keemasannya.
Perkembangan ilmu pada masa ini begitu besar, misalnya pada masa
pemerintahan al-Mansur, proses penerjemahan karya-karya filosof Yunani ke dalam
bahasa Arab berjalan dengan pesat. Dimana beliau memberikan imbalan yang besar
terhadap para penerjemah. Dan pada masa Harun al-Rasyid (786-809) proses penerjemahan
itu masih terus berlangsung.
Perkembangan ilmu selanjutnya berada
pada masa pemerintahan al-Ma’mun (813-833). Salah satu jasanya dalam
mengembangkan ilmu di dunia islam adalah dengan membangun baitul al-Hikmah,
yang terdiri dari sebuah perpustakaan, sebuah observatorium, dan sebuah
departemen penerjemahan.
Selain para tokoh tersebut di atas
masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Selanjutnya yang
perlu disinggung adalah mengenai terjadinya transformasi kebudayaan dan
khususnya ilmu dari dunia islam ke Barat disebabkan paling tidak oleh dua
alasan. Pertama kontak pribadi, salah satu penyebabnya adalah karena Byzantium
secara geografis berdekatan dengan dunia islam. Dari sinilah kemudian
gagasan-gagasan Barat masuk ke dunia islam, dan sebaliknya gagasan-gagasan dari
dunia islam masuk ke Barat, khususnya setelah perang salib. Alasan ke dua,
adalah kegiatan penerjemahan. Tidak dapat dipungkiri kebudayaan islamiah yang
mendorong orang-orang latin melakukan penerjemahan.
- Masa Keruntuhan Tradisi Keilmuan Dalam Islam
Abad ke 18 dalam islam adalah abad yang paling menyedihkan bagi umat
islam dan memperoleh catatan buruk bagi peradaban islam secara universal. Dunia
islam pada masa ini telah merosot ke tingkat yang terendah, islam tampaknya sudah
mati, dan tertinggal hanyalah cangkangnya yang kering krontang berupa ritual
tanpa jiwa dan takhayul yang merendahkan martabat umatnya.
Yang menjadi penyebab kehancuran
tradisi keilmuan islam adalah persepsi yang keliru dalam memahami pemikiran al-Ghazali.
Orang umumnya mengecam al-Ghazali, karena ia menolak filsafat seperti yang ia
tulis dalam tahafut al-falsafiahnya. Padahal ia sebenarnya menawarkan sebuah
metode yang ilmiah dan rasional, dan juga menekankan pentingnya pengamatan dan
analisis, serta sifat skeptis.[4]
D.
Perkembangan Ilmu Pada Abad Pertengahan
Pendapat-pendapat mengenai ilmu di
abad pertengahan terjadi perbedaan pendapat. Pada sejarawan terdahulu memandang
ilmu di zaman itu, belum terbebaskan dari berbagai takhayul, sementara
sejarawan lainnya mencoba menunjukkan bahwa banyak fatwa dari prinsip pokok
ilmu modern ditemukan pada waktu itu.[5]
Sedangkan yang penulis kutip dari
filsafat ilmu karangan Rizal Mustansyir, dan Misnal Munir. Dalam buku tersebut
disebutkan bahwa era pertengahan ini ditandai dengan tampilnya para teolog di
lapangan ilmu pengetahuan di belahan dunia Eropa. Para ilmuan pada masa ini
hamper semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan
aktivitas agama.
Peradaban dunia islam, terutama pada
Bani Umayyah telah menemukan suatu cara pengamatan astronomi pada abad 7
Masehi, dan pada masa ini manusia Eropa berada dalam masa tidur panjang akibat
pengaruh dogma-dogma agama, maka kebudayaan islam zaman dinasti Abbasiyah
berada pada puncak keemasannya. Di zaman dinasti Abbasiyah ini dibangun baitul
Hikmah membuka pintu terhadap para ilmuan non muslim untuk memanfaatkan dan
mempelajari berbagai literature yang ada di dalamnya. Penghargaan yang tinggi
dalam arti, setiap temuan dihargai secara layak dan memadai sebagai hasil jerih
payah atau usaha seseorang atau sekelompok orang. Akhirnya sarana dan tujuan
iptek haruslah bersesuaian dengan nilai-nilai agama.[6]
E.
Perkembangan Ilmu Zaman Renaisains dan Modern
1. Masa
Renaisans (Abad ke 15-16)
Salah satu cirri khas renaissance di
dunia Barat sejak abad ke-15 ialah menunjolkan manusia pribadi perseorangan dan
sebagai yang berkuasa. Cirri itu antara lain menampakkan diri dalam bidang
seni, politik, filsafat, agama maupun dalam gerakan-gerakan melawan agama ilmu
pengetahuan, dan teknik.[7]
Zaman ini juga merupakan zaman penyempurnaan keseniaan, keahlian, dan ilmu yang
diwujudkan dalam diri jenius serba bisa, Leornardo da vinci.
Pada zaman renaisans ini manusia
Barat mulai berpikir secara baru, dan secara berangsur-rangsur melepaskan diri
dari otoritas kekuasaan gereja yang selama ini telah membelenggu kebebasan
dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu. Pemikir yang dapat dikemukakan
dalam tulisan ini antara lain adalah Nicholas Copericus (1473-1543) dan Francis
Bacon (1561-1626).
Copernicus adalah seorang tokoh
gereja ortodoks, ia mengemukakan bahwa mataharu berada dipusat jagat raya, dan
bumi memiliki dua macam gerak, yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan
gerak tahunan mengelilingi matahari. Teori ini disebut Heliosentrisme, dimana
matahari adalah pusat jagat raya.
Teori Copernicus ini melahirkan
revolusi pemikiran tentang alam semesta, terutama stronomi. Bacon adalah
pemikir yang seolah-olah meloncat keluar dari zamannya dengan perintis filsafat
ilmu. Ungkapan Bacon yang terkenal adalah Knowledge is Power (pengetahuan
adalah kekuasaan). Ada tiga contoh yang dapat membuktikan pernyataan ini, yaitu
:
- Mesin menghasilkan kemanangan dan perang modern
- Kompas memungkinkan manusia mengerungi lautan
- Percetakan yang mempercepat penyebaran ilmu
- Zaman modern (abad 17-19 M)
Sejarah ilmu modern dimulai oleh 2 orang sarjana ilmuan yang memegang
peran penting dalam ilmu modern mereka adalah Isacc Newton (1643-1727) dan
Leibniz (1646-1716).
Newton, merupakan orang yang
menciptakan teori gravitasi, perhitungan calculus dan optika yang merupakan
karya besar Newton. Teori gravitas memberikan keterangan mengapa planet tidak
bergerak lurus, sekalipun kelihatannya tidak ada pengaruh yang memaksa planet
harus mengikuti lintasan elips.
Secara ringkasnya ilmu-ilmu yang
lahir pada masa ini. Dimana perkembangan ilmu pada abad ke-18 telah melahirkan ilmu
seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus, dan statistika. Di abad 19 lahir semisal
pharmakologi, geofisika, arkeologi dan sosiologi. Pada abad ini juga
dikemukakan planet neptunus. Sedangkan pada abad 20, secara garis besarnya
terjadi perkembangan yang sangat luas dalam bidang ilmu. Misalnya ilmu pasti,
ilmu kimia, ilmu fisika, ilmu biologi dan lain-lain.
Pada zaman modern ini terjadi pula
revolusi industri di Inggris, sebagai akibat peralihan masyarakat agresi dan
perdagangan abad pertengahan ke masyarakat industri modern dan perdagangan
maju. Pada abad ini James watt menemukan mesin uap (abad ke-18), alat tenun dan
Inggris menjadi penghasil tekstil terbesar, kemudian diikuti Amerika Serikat
dan Jepang menjadi Negara industri.
F. Kemajuan
Ilmu Zaman Kontemporer
Yang dimaksud dengan zaman
kontemporer dalam konteks ini adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani
hingga saat sekarang ini. Hal yang membedakan pengamatan tentang ilmu zaman
modern dengan zaman kontemporer adalah bahwa zaman modern adalah era
perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan kontemporer
mempfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga
saat sekarang.
Perkembangan ilmu di zaman
kontemporer meliputi hamper seluruh bidang ilmu dan teknologi, ilmu-ilmu social
seperti sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, hokum, politik serta
ilmu-ilmu eksakta seperti fisika, kimia, dan biologi serta aplikasi-aplikasinya
dibidang teknologi rekayasa genetika, informasi dan komunikasi dan lain-lain.
Beberapa contoh perkembangan ilmu
zaman kontemporer diantaranya adalah :
- Teknologi Rekayasa Genetika
Salah satu bentuk perkembangan ilmu zaman kontemporer
yang sangat masyhur adalah dibidang rekayasa genetika berupa teknologi cloning.
Teknologi ini pertama sekali dilakukan oleh Dr. Gurdon dari Medical Research
Council Laboratory of Molecular Biology. Universitas Cambridge, Inggris
tahun 1961. Gurdon berhasil memanipulasi telur-telur katak sehingga tumbuh
menjadi kecebong yang identik (kecebong cloning).
Kemudian dilanjutkan oleh Dr. Jerry 32 tahun setelah
itu, tahun 1993. Ia berhasil mengkloning embrio manusia namun semua cloning
yang dihasilkan saat itu rusak.[8]
Empat tahun berikutnya pada tanggal 23 Februari 1997,
Dr. Ian Wilmunt berhasil melakukan cloning mamalia pertama dengan kelahiran
domba yang diberi nama Dolly. Di tahun 2002, Prof Gerald Schatten dari Oregon
Healt Sciencess University, Amerika berhasil membuat cloning kera yang beri
nama Tetra.
Demikianlah perkembangan rekayasa genetika dari waktu
ke waktu.
- Teknologi Informasi
Pada tahun 1937, seorang insinyur Amerika bernama
Howard Aiken merancang IBM Mark 7 yang merupakan nenek moyangnya computer yang
masih menggunakan tabung vakum dan elektro mekanikal dan bukan tombol-tombol
elektronis.
Computer elektronik pertama sukses secara komersial
adalah UNIVAC. Computer ini dirancang oleh Eckert dan teknologi computer terus
berkembang dan melahirkan inovasi. Hamper tiap tahun perusahaan-perusahaan
computer internasional mengeluarkan model computer terbaru. Begitu pula dengan
internal pun terus dikembangkan hingga saat ini dengan berbagai fasilitas yang
terdapat di dalamnya seperti e-mail, chating, dan lain-lain.
G. Kesimpulan
Periode filsafat Yunani merupakan
periode yang sangat bersejarah dimana peradaban manusia pada masa itu terjadi
perubahan pola piker manusia yaitu pola piker mitosentris menjadi pola piker
logosentris. Pola pikir mitosentris adalah pola piker masyarakat yang sangat
mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena-fenomena kejadian alam.
Selanjutnya dari peradaban Yunani bahwa perkembangan ilmu pada zaman islam
dibagi kepada 1). Perkembangan ilmu pada masa islam klasik, 2) Perkembangan
ilmu pada masa kejayaan islam, dan 3) Masa keruntuhan tradisi keilmuan dalam
islam.
Sedangkan perkembangan ilmu zaman
renaisans dan modern. Yang menjadi salah satu cirri khas renaissans di dunia
barat adalah menonjolkannya manusia pribadi perseorangan dan sebagai berkuasa.
Cirri itu antara lain menampakkan diri dalam bidang seni, politik, filsafat,
agama dan lain-lain. Sedangkan perkembangan ilmu zaman modern dimulai dengan
munculnya ilmu-ilmu pengetahuan. Seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus dan
statistika.
Dan yang menjadi kemajuan ilmu pada
masa kontemporer hingga saat ini adalah hamper seluruh bidang ilmu dan
teknologi, ilmu-ilmu social, antropologi, psikologi dan lain-lain. Hal ini
menandakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman.
[1] Amsal
Bakhtiar. Filsafat Ilmu, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.
21.
[2] K.
Bertens. Sejarah Filsafat Yunani, (Yogyakarta : Kanisius, 1995), hlm.
17.
[3] Rizal
Mustansyir dan Misnal Munir. Filsafat Ilmu, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2006), hlm. 65.
[4]
Amsal Bakhtiar. Op. cit., hlm. 49.
[5] Jerome
R. Ravertz. Filsafat Ilmu Sejarah dan Ruang Lingkup, (terjemah), (Yogyakarta
: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 18.
[6] Rizal
Mustansyir dan Misnal Munir. Op. cit., hlm. 130.
[7] C.
Verhak dan R. Hanjono Imam. Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta :
Pustaka Utama, 1995), hlm. 137.
[8] Amsal
Baktiar. Op. cit., hlm. 62.