PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK MASA REMAJA
MASA REMAJA
- Pendahuluan
Masa remaja ini merupakan masa yang paling penting dalam rentang
kehidupan. Masa remaja adalah suatu periode peralihan diri dari masa
kanak-kanak kepada masa dewasa. Masa remaja juga sebagai usia bermasalah.
Akhirnya para remaja mengalami kesualitan dalam mengatasi masalah yang
dihadapi. Kesulitan-keuslitan yang dihadapi remaja menurut Rumke bersumber dari
3 masalah
1.
Masalah individuasi : kesulitan
daalam mewujudkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
2.
Regulasi : ketidakmampuan menyesuaikan
diri dengan perubahan dibidang fisik dan seksualnya
3.
Masalah Integrasi : kesulitan
menyesuaikan sikap dan perilakunya dilingkungannya / mencari identitas dirinya
Dari latar belakang masalah – masalah dan kesulitan remaja inilah
penyusun membahas secara mendalam tentang remaja. Agar masalah – masalah yang
berhubungan dengan remaja ini dapat terkontrol guna menciptakan generasi yang
baik dan bertanggung jawab.
- Pengertian
Masa Remaja
Masa remaja atau yang sering dikenal dengan istilah “Adolesense” yang
berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Secara psikologis, masa remaja
adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana
anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan
berada ditingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integritas
dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek afaktif, kurang lebih
berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang
mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini
memungkinkan untuk mencapai integritas dalam hubungan social orang dewasa, yang
kenyataannya merupakan cirri khas yang umum dari periode perkembangan ini.[1]
Menurut hukum di Amerika Serikat
ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, bukan
21 tahun seperti sebelumnya. Perpanjangan masa remaja, setelah individu matang
secara seksual dan sebelum diberi hak serta tanggung jawab orang tua dewasa
mengakibatkan kesenjangan antara apa yang secara popular dianggap budaya remaja
dan budaya dewasa. Budaya kawula muda menekankan kesegaran dan kelengahan
terhadap tanggung jawab dewasa. Budaya ini memiliki hirarki sosialnya sendiri,
keyakinannya sendiri, gaya
penampialannya sendiri, nilai-nilai dan norma perilakunya sendiri.[2]
- Rentang Usia
dan Ciri-Ciri Remaja.
Secara umum, masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu awal masa dan
akhir masa remaja. Garis pemisah antara awal masa remaja dan akhir masa remaja
teletak kira-kira disekitar usia 17
tahun, usia saat mana rata-rata setiap remaja memasuki sekolah menengah tingkat
atas.
Awal masa remaja berlangsung
kira-kira dari usia 13 tahun – 16/17 tahun, dan akhir masa dewasa bermula dari
usia 16/17 tahun – 18 tahun yaitu usia matang secara hukum. Dengan demikian
akhir masa dewasa remaja merupakan periode yang sangat singkat. Menurut
Mappiare, rentang usia remaja berlangsung antara umur 12 sampai dengan 21 tahun
bagi wanita dan 13 sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja
tersebut adalah remaja awal dan usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun yaitu
remaja akhir. [3]
Seperti halnya dengan semua periode
yang penting selama rentang kahidupan, masa remaja mempunyai cirri-ciri
tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri
tersebut antara lain :[4]
- Masa remaja
sebagai periode yang penting
Dalam membahas akibat fisik pada masa remaja, Tanner
mengatakan : Bagi sebagian besar anak muda, usia antara dua belas dan enam
belas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut
pertumbuhan dan perkembangan. Tak dapat dirangkal, selama kehidupan janin dan
tahun pertama dan tahun kedua setelah kelahiran, perkembangan berlangsung
semakin cepat, dan lingkungan yang baik semakin lebih menentukan, tetapi yang
bersangkutan sendiri bukanlah remaja yang memperhatikan perkembangan atau
kurangnya perkembangan dengan kagum, senang atau takut.
Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai
dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja.
Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya
membentuk sikap, nilai dan minat baru.
- Masa remaja
sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah
dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan
dari satu tahap perkembangan ketahap berikutnya. Artinya, apa yang terjadi
sekarang dan yang akan datang, seperti dijelaskan oleh Osterrieth. “Struktur
psikis anak remaja berasal dari masa kanak-kanak, dan banyak ciri yang umumnya
dianggap sebagai ciri khas masa remaja sudah ada pada akhir masa kanak-kanak”.
- Masa remaja
sebagai periode perubahan
Selama awal remaja, ketika perubahan fisik terjadi
dengan pesat perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Ada empat perubahan yang
hampir bersifat universal.
1)
Meningginya emosi, yang
intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang
terjadi. Perubahan emosi biasanya terjadi selama masa awal remaja dan
meningginya emosi lebih menonjol pada awal periode akhir masa remaja.
2)
Perubahan, tubuh, minat dan peran
yang diharapkan oleh kelompok sosial, untuk dipesankan menimbulkan masalah
baru. Dan pada masa ini, remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai ia
sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya.
3)
Dengan berubahnya minat dan pola
perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Yang terjadi pada masa kanak-kanak
dianggap penting dan setelah dewasa, semua itu tidak penting lagi.
4)
Sebagian besar remaja bersikap
ambiralen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut
kebebasan, tetapi mereka takut untuk bertanggung jawab dan akibatnya meragukan
kemampuan untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.
- Masa remaja
sebagai usia bermasalah
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri,
namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik anak
laki-laki maupun anak perempuan. Ada
beberapa alasan bagi kesulitan itu, yaitu sepanjang masa kanak-kanak masalah
diselesaikan orang tua dan guru-guru, sehingga remaja sulit untuk mengatasi
masalahnya sendiri dan ada pula remaja itu sudah merasa mandiri, sehingga tidak
membuktikan bantuan orang tua atau guru-guru untuk menyelesaikan masalahnya.
- Masa remaja
sebagai masa menceri identitas
Sepanjang usia akhir masa kanak-kanak, penyesuaian
diri dengan kelompok adalah lebih penting bagi anak yang telah besar daripada
individualitas, seperti dalam hal berpakaian, berbicara dan perilaku.
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri
dengan kelompok masih tetap penting. Lambat laun mereka mulai mendamkan
identitas diri dan tidak puas lagi sama dengan teman-temannya dalam segala hal,
seperti sebelumnya.
- Masa remaja
sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan Stereotip budaya, bahwa remaja adalah
anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak, menyebabkan
orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda, takut
bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap prilaku remaja yang
normal.
- Masa remaja
sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca
berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana
yang ia inginkan, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik
ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan
teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal
masa remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya, maka ia akan semakin marah.
Remaja juga akan semakin sakit hati dan kecerwa,
apabila orang lain mengeluarkannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan
yang ditetapkannya sendiri.
- Masa remaja
sebagai ambang masa dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah,
para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun.
Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belum cukup. Oleh karena
itu, remaja mulai tergoda pada perilaku orang dewasa, seperti merokok,
minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perbuatan seks.
Karena mereka menganggap dengan melakukan yang demikian akan memberikan citra
yang mereka inginkan.
- Perkembangan
Fisik Remaja.
Masa remaja merupakan salah satu diantra 2 masa rentangna kehidupan
individu, dimana terjadi perkembagan fisik yang sangat pesat.[5]
1.
hormon – Hormon Seksual
Dalam perkembangan hormone-hormon seksual remaja, ditandai
dengan cirri-ciri yaitu cirri-ciri seks rpimer dan sekunder.
a.
Ciri-Ciri Seks Primer[6]
Pada masa remaja primer ditandai dengan sangat
cepatnya pertumbuhan testis yaitu pada tahun pertama dan kedua. Kemudian tumbuh
secara lebih lambat, dan mencpai ukuran matangnya pada usia 20 tahun. Lalu
penis luai bertambah panjang, pembuluh mani dan kelenjar prostate semakin
membesar. Matangnya organ-organ seks tersebut memungkinkan remaja pria (sekitar
14-15 tahun) mengalami “mimpi basah”.
Pada remaja wanita, kematangan orga-organ seksnya
ditandai dengan tumbuhnya rahim vagina dan ovarium secara cepat pada masa
sekitar 11-15 tahun untuk pertama kalinya mengalami “menarche” (menstruaasi
pertama). Menstruasi awal sering disetai dengan sakit kepala, sakit punggung
dan kadang-kadang kejang serta merasa lelah, depresi dan mudah tersinggung.
b.
Ciri-Ciri Seks Sekunder[7]
Wanita
|
Pria
|
|
1.
tumbuh rambut pubik/bulu kapok
disekitar kemaluan dan ketiak
2.
terjadi perubahan suara
3.
tumbuh kumis
4.
tumbuh gondok laki / jakun.
|
2.
Pubertas.
a.
perubahan eksternal[8]
|
Perempuan
|
Laki-laki
|
1. Tinggi
|
Usia 17 dan 18
tahun mencapai tinggi yang matang.
|
Rata-rata anak
laki-laki setahun sesudahnya.
|
2. Berat
|
Peruahan berat
badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi
|
|
3. proporsi
tubuh
|
Berbagai
anggota tubuh lambat laun mencapai perbandingan tubuh yang baik.
|
b.
perubahan internal[9]
1)
Sistem Pencernaan
Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus
bertambah besar, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.
2)
Sistem Peredaran Darah
Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia 17-18 tahun beratnya
12 kali berat pada waktu lahir.
3)
Sistem Pernapasan
Kapasitas paru-paru remaja perempuan hamper matang pada usia 17 tahun,
remaja laki-laki mencapai tingkat kematnagn beberapa tahun kemudian .
4)
Jaringan Tubuh
Perkemngan kerangka berhenti rata-rata pada usia 18 tahun Jaringan.
Selain tulang terusberkembang sampai tulang mencapai umuran matang, khususnya
bagi perkembangan jaringan otot.
- Perkembangan
Psikologis Remaja
- Pembentukan Konsep Diri
Secara psikologi, kedewasaan adalah keadaan berupa
sudah ada cirri-ciri psikologis tertentu pada seseorang. Cirri-ciri psikologi
tersebut menurut A.W. Allport adalah sebagai berikut :[10]
1)
pemekaran diri sendiri (extention
of the self), yang ditandai dengan kemampuan seseorang untuk menganggap orang ;
hal lain sebagai bagian dari dirinya sendiri juga.
2)
Kemampuan untuk melihat diri
sendiri secara objektif (self objectivication) ditandai dengan kemampuan untuk
mempunyai wawasan tentang diri sendiri (self insight) dan kemampuan unutk
menangkap humor (sense of humor) termasuk yang menjadikan dirinya sendiri
sebagai sasaran.
3)
Memiliki falsafah hidup tertentu
dengan tepat tempatnya dalam rangka susunan objek-objek lain di dunia.
Khusus pada diri remaja proses perubahan itu merupakan
hal yang harus terjadi karena dalam proses pematangan kepribadiannya remaja
sedikit demi sedikit memunculkan kepeermukaan sifat-sifat dirinya yang
sesungguhnya yang harus berbenturan dengan rangsangan dari luar. Oleh karena
itu, inti dari tugas perkembangan menurut Richmond
dan shlanshy, seperti yang dikutip oleh Sarlito adalah “memperjuangkan
kebebasan”. Sedangkan menemukan bentuk kepribadian yang khas dalam periode ini,
belum menjadi sasaran utama. Jadi, dalam proses pembentukan konsep diri teman
lebih besar pengaruhnya dari pada ibu dan ayah . karena perasaan negative
justru lebih besar pada orang tua. Demikian pola perasaan keterbukaan. [11]
- Perkembangan Inteligensi
Masa remaja adalah suatu periode kehidupan di mana
kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai
puncaknya. Hal ini adalah karena selama periode remaja ini, proses pertumbuhan
otak mencapai kesempurnaan.[12]
Ketika kemampuan kognitif mereka mencapai kematangnan, kebanyakan anak
remaja mulai memikirkan tentang apa yang diharapkan dan melakukan kritik
terhadap masyarakat mereka.
-
bertambahnya informasi yang
disimpan (dalam otak) sehingga ia mampu berpikir reflektif.
-
Banyaknya pengalaman dan latihan –
latihan memecahkan masalah, sehingga ia dapat berpikir proporsional.
-
Adanya kebebasan berpikir.
Pengklasifikasian
IQ
IQ
|
Klasifikasi
|
% di antara pnduduk di dunia
|
Sampai
dengan 67
|
Terbelakang
|
2,2
|
68-79
|
Perbatasan
|
6,7
|
80-90
|
Kurang
dari rata-rata
|
16,1
|
91-110
|
Rata-rata
|
50,0
|
120-127
|
|
6,7
|
128
|
Sangat
superior
|
2,2
|
Kemampuan mental remaja pada tahun pertama remaja akhir dan seterusnya,
jika tidak mendapatkan gangguan-gangguan lain ( lingkungan social, emosi dan
sebagainya) mengalami perjalanan kemampuan berpikir yang stabil. Maka
membimbing atau mengkonseling remaja akhir lebih lancer dibandingkan dengan
membimbing remaja awal.
- Perkembangan Moral dan Religi
Moral berasal dari kata latin mores yang artinya tata cara dalam
kehidupan, adapt istiadat, atau kebiasaan. Moral pada dasarnya merupakan
rangkaian nilai tentang berbagai masam perilaku yang harus dipatuhi.[14]
Moral adalah ajaran tentang baik buruk suatu perbuatan dan kelakuan, akhlak,
kewajiban dan sebagainya.
Moral merupakan suatu kebutuhan
penting bagi remaja, terutama sebagai pedoman menemukan identitas dirinya,
mengembangkan hubungan personal yang harmonis, dan menghindari konflik –
konflik peran yang selalu terjadi dalam masa transisi.
a.
Moral dan etnis digunakan oleh
remaja sebagai patokan dalam menilai tatanan masyarakat tidak memuaskannya.
b.
Remaja justru ikut hanyut dalam
kebobrokan praktek moral (kalau ada)
Tahap – tahap
perkembangan moral dapat dibagi sebagai berikut :[16]
- Tingkat Prakonvensional
Pada tingkat ini, anak tanggap terhadap aturan-aturan
budaya, dan terhadap ungkapan-ungkapai budaya mengenai baik buruk, benar salah.
Akan tetapi, hal ini semata-mata ditafsirkan dari segi sebab akibat fisik atau
kenikmatan perbuatan (hukuman, keuntungan, pertukaran dan kebaikan).
- Tingkat Konvensional
Pada tingkat ini, anak hanya menuruti harapan
keluarga, kelompok atau bangsa. Ia memandang bahwa hal tersebut bernilai bagi
dirinya sendiri, tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata. Sikapnya
bukan hanya konformitas terhadap harapan pribadi dan tata tertib social,
melainkan juga loyal (setia) terhadapnya dan secara aktif mempertahankan,
mendukung dan membenarkan seluruh tata tertib atau norma-norma tersebut serta
mengidentifikasi diri dengan kelompok orang tua atau kelompok yang terlibat
didalamnya.
- Tingkat Pasca-Konvensional (otonom/berlandaskan prinsip)
Pada tingkat ini terdapat usaha yang jalas untuk merumuskan nilai-nilai
dan prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari
otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu dan
terlepas pula dari identifikasi individu sendiri dengan kelompok tersebut.
Selama masa remaja ada beberapa pola perubahan perkembangan minat
religiusnya yaitu :[17]
-
Periode kesadaran religius
-
Periode keraguan religius
-
Periode Rekonstruksi religius
Lambat/cepat remaja membutuhkan kayakinan religius/agama meskipun
ternyata keyakinan pada masa kanak-kanak tidak lagi memuaskan.
- Perkembangan
Psikososia Remaja.
- Pencarian identitas
James Mercia dkk mengungkapkan bahwa ada 4 alternatif bagi remaja dalam
menguji diri dan pilihan – pemilihannya yaitu sebagai berikut :[18]
- identity Achiemenet, bahwa setelah remaja memahami polihan yang realistic, maka harus membuat pilihan dan perilaku sesuai dengan pilihannya.
- Identity Foreclosure, berarti menerima pilihan orang tua tanpa pertimbangan pilihan-pilihan
- Identity Diffusion, berarti kebingungan tentang siapa dirinya, dan mau apa dalam hidupnya
- Moratorium, yang meurut Erikson berarti penundaan dalam komitmen remaja terhadap pilihan-ilihan aspek pribadi okupasi.
Dalam pencarian
identitas ini dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :[19]
- iklim keluarga, yaitu yang berkaitan dengan interaksi sosio emosional antara anggota keluarga dan sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak.
- Tokoh idola, yaitu orang-orang yang dipersepsi oleh remaja sebagai figure yang memiliki posisi dimasyarakat.
- Peluang pengembangan diri, yaitu kesempatan untuk melihat kedepan dan menguji dirinya dalam setting (adegan) kehidupan yang beragam.
Remaja dapat
dipandang telah memiliki identity yang matang (sehat), apabila sudah memiliki
pemahaman dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, peran –
perannya dalam kehidupan social (dilingkungan keluarga, sekolah , masyarakat)
dunia kerja dan nilai-nilai agama.
- Pengaruh Kuat Teman Sebaya Vs Penyesuaian Diri Remaja
Perkembangan kehidupan social remaja juga ditandai dengan gejala
meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Sebagian besar waktu
yang dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman sebaya mereke.
Dalam suatu investigasi, ditemukan bahwa anak berhubungan dengan teman sebaya
10% dari waktunya setiap hari pada usia 2 tahun 10% pada usia 4 tahun dan lebih
dari 40 % pada usia antara 7-11 tahun .
Meskipun selama masa remaja kelompok
teman sebaya memberikan pengaruh yang besar, namun orang tua tetap memainkan
peranan yang penting dalam kehidupan remaja. Hal ini karena antara hbungan
dengan orang tua dan hubungan dengan teman sebaya memberikan pemenuhan akan
kebutuhan yang berbeda dalam perkembangan remaja. Mreka percaya bahwa teman
sebaya akan memahami perasaan – perasaan mereka dengan lebih baik dibandingkan
dengan orang-orang dewasa.[20]
- Perilaku
Seksual Remaja
- Faktor-faktor penyebab seksualitas Pada Remaja
Salah satu fenomena kehidupan remaja yang sangat menonjol adalah
terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas.
Penelitian –
penelitian secara biologis-phisiologis membuktikan bahwa pertumbuhan
kelenjar-kelenjar seks seseorang telah sampai pada taraf matang dalam usia –
usia awal remaja akhir, bahkan ada juga remaja yang mengalaminya dala 1-2 tahun
sebelum akhir remaja awal. Proses produksi kelnjar-kelenjar seks (gonads) akan
tetap aktif dalam masa remaja akhir ini bahkan sampai masa dewasa dan masa tua.
Bagi wanita, akan berakhir produksihormon tersebut pada saat mengalami
“menopause” (berhenti menstruasi).[21]
Gonads bukan saja berpengaruh pada
penyempurnaan tubuh (khusus yang berhubungan dengan cirri-ciri seks sekunder),
melainkan juga berpengaruh jauh pada kehidupan-kehidupan psikis, moral, dan
social remaja. Kehidupan psikis yang mendapat pengaruh kuat adalah minat remaja
terhadap lawan jenis kelamin.
Adapun kematangan seksual sudah mulai
sekitar umur 12 tahun sampai 18 tahun, akan tetapi tidak sema pada semua orang
karena beberapa sebab, antarta lain karena konstitusi jasmaniah dan rohaniah
dari ras (suku bangsa) adanya perbedaan iklim, cara hidup yang berbeda, milliu
yang mempengaruhi.
During adolesense, the lives of male
and female become wrapped is sexuality. Adolescence is a time of sexual
exploration and experimentation, of sexual fantastics and sexual realities, of
incorporating sexuality into one’s identity. Adolesence have an almost
insatiable curiosity about sexuality’s mysteries. They think about whether they
are sexuality attractive, whether they will grow more, whether any one will
love them, and whether its is normal to have sex. The majority of adolesencts
manage eventually to develop a mature sexual identity, but for most there are
periods of vulnerability and confusion along life’s sexual journey (Snatrock,
1998)
Terjadinya peningkatan perhatian
remaja terhadap kehidupan sexual ini sangat dipengaruhi oleh faktor perubahan-perubahan
fisik selama pubertas. Terutama kematangan organ-organ seksual dan
perubahan-perubahan hormonal, mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual
dalam diri remaja. Dorongan seksual remaja ini sangat tinggi, bahkan lebih
tinggi dari dorongan seksual orang dewasa. Sebagai anak muda yang belum
memiliki pengalaman tentang seksual, tidak jarang dorongan-dorongan seksual ini
menimbulkan ketegangan fisik dan psikis.[22]
- Kelainan dan Gangguan Seksual
Untuk melepaskan diri dari ketegangan seksual, remaja mencoba
mengekspresikan dorongan seksualnya dalam berbagai bentuk tingkah laku seksual,
mulai dari melakukan aktivitas berpacaran (dating), berkencan, bercumbu, sampai
dengan melakukan kontak seksual. Dari sekian banyak bentuk tingkah laku seksual
yang diekspresikan remaja, slah satunya yang paling umum dilakukan adalah
masturbasi. Dalam suatu investigasi yang dilakukan Haas, 1979 (dalam Santrock,
1998), ditemukan bahwa masturbasi sudah merupakan aktivitas seksual yang lumrah
dikalangan remaja. Lebih dari satu per tiga remaja laki-laki dan satu setengah
remaja perempuan melakukan masturbasi satu kali seminggu atau lebih. Penelitian
Jones dan Barlow, 1990 (dalam Dacey & Kenny, 1997), juga menyatakan bahwa
frekuensi masturbasi remaja pria lebih sering dari remaja perempuan,
sebagaimana terlihat dalam tabel berikut.
Frekuensi Masturbasi
Frekuensi
|
Laki-laki (%)
|
Perempuan (%)
|
Setiap hari
Dua kali
seminggu
Satu kali
seminggu
Satu kali dua
minggu
Satu kali
sebulan
Lebih satu
kali sebulan
Tidak pernah
|
0
26,5
18,4
14,3
12,2
12,2
16,3
|
0
4,3
10,6
4,3
8,5
25,5
46,8
|
SUMBER : diadaptasi dari Dacey & Kenny (1997)
Kebanyakan ahli psikologis di Barat
(misalnya Kinsey et.al, 1953; McCary, 1978) memandang masturbasi sebagai suatu
bentuk ekspresi seksual remaja yang normal. Sebabtidak ada fakta yang
menegaskan bahwa masturbasi merupakan aktivitas yang berbahaya. Kebanyakan
dokter jiwa juga memperkirakan bahwa tidak ada bahaya intrinsic dalam
masturbasi dan mempercayainya sebagai suatu yang normal, cara sehat bagi remaja
untuk menyalurkan dorongan seksual mereka. Meskipun demikian, beberapa remaja
yang melakukan masturbasi mempunyai perasaan malu, bersalah, dan perasaan takut
kalau mereka berkembang menjadi sindrom masturbasi yang berlebihan. Dalam hal
ini, masturbasi tetap dilakukan, sekalipun anak merasa sangat menyesal.
Perasaan ini diperkuat oleh rasa keseian dan fantasi, yang pada gilirannya
menyebabkan terjadinya depresi (Dacey & Kenny, 1997).[23]
- Pendidikan Seks
Pelajaran pendidikan seks di SMP dan SMA penting untuk memupuk konsep
mengenai peran pria dan wanita yang tradisional. Pelajaran ini menekankan bahwa
peran feminine berorientasi pada keluarga dan bahwa wanita lebih memperoleh
kepuasan sebagai istri, ibu dan pengatur rumah tangga dari pada keberhasilan
dalam dunia pengusaha atau dunia professional. Menurut Deutsch dan Gilbert,
banyak remaja sebagai akibat dari teman – teman sebaya, tertarik dengan lawan
jenis ditarik kearah yang berlawanan, yakni situasi mematangkan konflik.[24]
- Perilaku
Menyimpang Pada Masa Remaja.
- Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsiten. Kadang-kadang mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereke tidak mendapat kebebasan penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang dewasa. Seringkali mereka masih dianggap anak kecil sehingga menimbulkan kejengkelan pada diri remaja kejengkelan yang mendalam dapat berubah menjadi tingkah laku emosional.
- Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalu remaja laki-laki memilih banyak teman perempuan, mereka mendapat prediakt popular dan mendatangkan kebanggaan. Sebaliknya, apabila remaja putrid mempunyai banyak teman laki-laki sering dianggap tidak baik atau bahkan mendapat predikat yang kurang baik. Penerapan nilai yang berbeda semacam ini jika tidak disertai dengan pemberian pengertian secara bijaksana dapat menyebabkan remaja bertingkah laku emosional.
- Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkna remaja tersebut kedalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral. Misalnya, penyalahgunaan obat terlarang, minum minuman keras, serta tindak criminal dan kekerasan. Perlakuan dunia luar semacam ini akan sangat merugikan perkembangan emosional remaja.
- Pesta malam yang menimbulkan sisi negative remaja
- minum- minuman keras
- obat-obat terlarang, banyak remaja yang mencoba obat-obatan terlarang karena “HARUS DICOBA”, meskipun beberapa saat kemudian menjadi kecanduan.
- Daftar
Kepustakaan
Ali, Muhammad. 2005. Psikologi
Remaja.Bandung : Bumi Aksara.
Daulay, Agus
Salim 2010. Diktat Psikologi Perkembangan.
Padangsidimpuan: STAIN Padangsidimpaun.
Desmita.
2005. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta
: Erlangga.
Mappiare. 1984. Psikologi
Orang Dewasa. Surabaya
: Usaha Nasional.
Papalia, Diane E.2008. Psikologi
Perkembangan. Jakarta
: Kencana Pranada Media Group.
Sarlito.
2010. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada
Yusuf, Syamsu. 2007 Psikologi
Perkembagan Anak dan Remaja. Bandung
: PT. Remaja Rosdakarya.
[1]
Elizabeth B. Hurlock.. Psikologi
Perkembangan. (Jakarta : Erlangga, 1980). Hlm 206
[2]
Elizabeth B. Hurlock. Loc.Ccit., hlm
[3] Andi
Mappiare. Psikologi Orang Dewasa. (
Surabaya : Usaha Nasional, 1984 ). Hlm 57
[4]
Elizabeth B. Hurlock. Op. cit., hlm 207 - 209
[5] Syamsu
Yusuf, Psikologi Perkembagan Anak dan
Remaja, (Bandung
: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) hlm. 193
[6] Ibid, hlm. 194
[7] [7] Syamsu
Yusuf. Loc. Cit.
[8]
Elizabeth B. Hurlock. Op. cit., hlm 211
[9]
Elizabeth B. Hurlock. Loc.Cit.
[10]
Sarlito, Psikologi Remaja, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2010), hlm 71-72
[11] Agus
Salim Daulay. Diktat Psikologi
Perkembangan. (Padangsidimpuan: STAIN Padangsidimpaun, 2010). Hlm
[12] Desmita,
Psikologi Perkembangan, (bandung
: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm 75
[13] Ibid,
[14]
Elizabeth B. Hurlock. Op.Cit., hlm 214
[15] Ibid., hlm 213
[16] Andi
Mappiare. Op. Cit. Hlm 91
[17]
Elizabeth B. Hurlock. Op.Cit., hlm 221
[18] Syamsu
Yusuf, Op. Cit., hlm 201-202
[19] Ibid., hlm 202
[20]
Muhammad Ali, dkk. Psikologi Remaja,
(Bandung : Bumi
Aksara, 2005) hlm. 77
[21] Andi
Mappiare. Op. Cit. Hlm 75
[22] Syamsu
Yusuf, Op. Cit., hlm 222
[23] Ibid., hlm. 223
[24]
Elizabeth B. Hurlock. Op.Cit., hlm 230
[25] Diane
E. Paplia dkk, Psikologi Perkembangan,
(Jakarta :
Kencana Pranada Media Group, 2008) hlm 71
[26] Agus
Salim Daulay. Op. Cit. hlm