PEMIKIRAN PENDIDIKAN IBNU KHALDUN
A.
Pendahuluan
Ibnu Khaldun sejatinya pemikir dan
ulama peletak dasar ilmu sosiologi dan politik melalui karya magnum opusnya, al
muqaddimah. Ia dilahirkan di Tunisia pada tahun 732 h / 1332 M. dengan
nama Abu Zayd Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Khaldun.
Dalam kaitannya dengan pemikiran
pendidikan Ibnu Khaldun mengatakan bahwa ilmu pendidikan bukan saja sebagai
suatu aktifitas yang semata-mata bersifat pemikiran dan perenungan, akan tetapi
ia merupakan gejala konklusif yang lahir dari terbentuknya masyrakat dan
perkembangannya dalam tahapan kebudayaan.
Oleh karena itu di dalam makalah ini
penulis telah menuangkan secara ringkat tentang riwayat hidup Ibnu Khaldun,
Latar Belakang pemikirannya, kondisi intelektualnya sampai kepada pemikirannya
tentang pendidikan.
B. Riwayat
Hidup Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun lahir di Tunisi tahun 732 H / 1332 M dan wafat di Kairo, Mesir
pada tahun 807 H / 1480 M dalam usia 75 tahun menurut perhitungan Hijirah. Nama
lengkap Ibnu Khaldun adalah Abu Zaid Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin
Khaldun. Keluarganya, sebelum menyeberang ke Afrika, adalah para pemimpin
politik di Moorish, Spanyol selama beberapa abad. Ayahnya bernama Abdur Rahman
Abu Zayd ibn Muhammad Ibn Khaldun. Keturunan Ibnu Khaldun ini adalah keturunan
Arab yang semula berasal dari Hadhramaut, Yaman Selatan, setelah itu Ibnu
Khaldun pindah ke Hijaz, keluarga Ibnu Khaldun nampaknya cukup berhasil dan
tumbuh menjadi salah satu keluarga Aristokrat di kota Seville. Latar belakang
keluarga dan situasi saat dilahirkannya tampaknya merupakan factor yang
menentukan dalam perkembangan pemikirannya. Keluarganya telah mewariskan
tradisi intelektual ke dalam dirinya, sedangkan masa ketika ia hidup yang
ditandai oleh jatuhnya dinasti-dinasti Islam, terutama dinasti Umayyah dan dinasti
Abbasiyah memberikan kerangka berfikir dan teori-teori sosialnya serta
filsafatnya.[1]
Sebagaimana para pemikir Islam
lainnya, pendidikan masa kecilnya berlangsung secara tradisional. Artinya ia
harus belajar membaca al-Qur’an, Hadits, Fiqih, Sastra dan Nahwu Sharaf dengan
sarjana-sarjana terkenal pada waktu itu.
Perjalanan hidupnya penuh dengan
rangkaian kegiatan ilmiah dan partisipasi social politik yang sangat intens
sehingga menempatkan dirinya sebagai ulama, filosof dan ilmuan yang dikagumi.
Jadi, dia bukanlah seorang ilmuan yang memilih hidupnya dimenara gading
teralienasi dari umatnya.
Selama 40 tahun Khaldun hidup di
Spanyol dan Afrika Utara yang senantiasa mengalami pergolakan-pergolakan
politik dan ia yang jabatan-jabatan penting dibawah para penguasa yang silih
bergantu. Setelah ia kembali ke Afrika, kemudian Khaldun memutuskan untuk
menunaikan Ibadah Haji, pada tahun 1382 M ia pergi ke Iskandariyah, tetapi di
dalam perjalanannya ia singgah di Mesir. Karena popularitas dan kredibilitasnya
sebagai seorang ilmuwan muslim, raja dan rakyat Mesir menawarinya jabatan guru
dan ketua Mahkamah Agung dinasti Memeluk, sehingga niat melaksanakan Haji
menjadi tertunda. Kemudian baru tahun 1387 niat melaksanakan ibadah haji
menjadi kesampaian.[2]
B. Latar
Belakang Pemikiran Ibnu Khaldun
1. Internal
a. Pendidikan
Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun mengawali
pendidikannnya (masa kecilnya) dengan membaca Al-Qur’an, Hadits, Fiqih, Sastra
dan Nahwu Sharaf dengan sarjana-sarjana terkenal pada waktu itu. Pada waktu itu
Ibnu Khaldun merupakan pusat ulama dan sastrawan di daerah magrib. Dan Pada
umur 20 tahun Ibnu Khaldun bekerja sekretaris Sultan Fez di Maroko, akan tetapi
di Tunisi dan kota-kota besar di Masyrig dan Magrib dilanda wabah pes yang
dahsyat yang mengakibatkan ia tidak dapat melanjutkan studinya, bahkan dalam
peristiwa tersebut ia kehilangan orang tuanya.
Karena pengalaman dan karirnya yang
panjang dalam berbagai bidang. Khaldun terkenal sebagai seorang ahli sejarah, sosologi
dibidang politik, ekonomi, tata perkotaan dan pengetahuan.[3]
2. Kiprah Ibnu
Khaldun di Masyarakat
Setelah membaca riwayat singkat Ibnu
Khaldun bahwa Ibnu Kahldun adalah seorang yang memiliki intelaktual yang cerdas
dan orang yang berpikir serta terkenal
sebagai sosologi dibidang politik. Pada umurnya 20 tahun ia bekerja sebagai
sekretaris Sultan Fez di Maroko dan pada tahun 1362 M, ia bekerja pada Raja
Granada. Khaldun tidak lama di Granada, kecakapan dan prestasinya yang
diperlihatkan selama itu telah menimbulkan iri hati para menteri. Lalu ia
kembali ke Afrika, kemudia ia diangkat menjadi Perdana Menteri oleh Sultan
Aljazair, dan beberapa kali memimpin pasukan tentara dalam medan pertempuran.
Ketenangan hidup baru dijumpai setelah melepaskan semua jabatan resminya.
Dan pada waktu itulah ia menciptakan karyanya yang monumental, yaitu Muqaddimah
dan kitab Sejarah Alam Semesta.[4]
Ibnu Khaldun juga berpendapat dalam proses
menuntut ilmu pengetahuan, manusia itu disamping sungguh-sungguh juga harus
memiliki bakat, menurutnya dalam mencapai ilmu pengetahuan yang bermacam-macam
itu seseorang tidak hanya membutuhkan ketekunan, tetapi juga bakat. Hal inilah
yang dikagumi oleh masyarakat serta dicontoh oleh masyarakat.[5]
2 Eksternal
a. Kondisi
Intelektual Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun adalah seorang yang
genius yang luar biasa dia selain insane yang taat dalam keimanannya, juga
mampu menyerap banyak bidang ilmu pengetahuan, dibalik memberi contoh-contoh
nyata bagaimana menjalankan ilmunya tersebut. Ibnu Khaldun sibuk dengan
politik, dan pekerjaan rutinnya penyelidikan dan pengembaraan ke Afrika, Andalusia,
tak terkecuali juga dalam pengajaran dan kehidupan pengajarannya.
Pengalaman Ibnu Khaldun dalam
mengajar di berbagai Universitas selama 20 tahun, serta sebagai tokoh politikus
dan darah filosofisnya ia mengemukakan teori dan methode pendidikan dan
pengajaran yang dampak dan prakteknya sampai abad dewasa ini masih berjalan
dengan baik.
b. Karya-Karya
Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun sebagai ilmuwan besar
adalah karena karyanya “Muqaddimah”, rasany memang aneh ia terkenal justru
karena muqaddimahnya bukan karena karyanya yang pokok (al-‘Ibar), namun
pengantar al-‘Ibararnyalah yang telah membuat namanya diagung-agungkan dalam
sejarah intelektualisme. Karya monumentalnya itu telah membuat para sarjana
baik di Barat maupun di Timur begitu mengaguminya. Sampai-sampai Windlellband
dalam filsafat sejarahnya menyebutkan sebagai “Tokoh ajaib yang sama sekali
lepas”, baik dari masa lampau maupun masa yang akan datang.
Adapun hasil karya-karyanya yang
terkenal diantaranya adalah :
- Kitab Muqaddimah, yang merupakan buku pertama dari kitab al-‘Ibar yang terdiri dari bagian muqaddimah (pengantar). Buku pengantar yang panjang inilah yang merupakan inti dari seluruh persoalan, dan buku tersebut pulalah yang mengangkat nama Ibnu Khaldun menjadi begitu harum.
- Kitab al-‘Ibar, wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar, fi Ayyam al-‘Arab wa al-‘Ajam wa al-Barbar, wa man Asharuhum min dzawi as-Sulthani al-‘Akbar. (Kitab Pelajaran dan Arsip Sejarah Zaman Permulaan dan Zaman Akhir yang mencakup Peristiwa Politik Mengenai Orang-orang Arab, non Arab, dan Barbar serta raja-raja besar yang semasa dengan mereka). Yang kemudian terkenal dengan kitab ‘Ibar.
- Kitab al-Ta’rif bi Ibnu Khaldun wa Rihlatuhu Syarqon wa Ghorban atau disebut al-Ta’rif, dan oleh orang-orang Barat disebut dengan Autobiografi, merupakan bagian terakhir dari kitab al-‘Ibar yang berisi tentang beberapa bab mengenai kehidupan Ibnu Khaldun. Dia menulis autobigrafinya secara sistematis dengan menggunakan metode ilmiah.
D. Pandangan
Ibnu Khaldun Tentang Pendidikan
1. Tujuan
Pendidikan
Pandangan Ibnu Khaldun tentang
pendidikan bertumpun kepada konsep dan pendekatannya yang integral dan
totalitasnya bermuara kepada aspek filosofis dan empiris sehingga melahirkan
visi yang seimbang tentang tujuan pendidikan. Adapun tujuan pendidikan menurut
Ibnu Khaldun beraneka ragam dan bersifat universal. Diantara tujuan pendidikan
tersebut adalah :
-
Tujuan peningkatan pemikiran
Ibnu Khaldun memandang bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah
memberikan kesempatan kepada akal untuk lebih giat dan melakukan aktivitas. Hal
ini dapat dilakukan melalui proses menuntut ilmu dan keterampilan.
-
Tujuan peningkatan kemasyarakatan
Dari segi peningkatan kemasyarakatan, Ibnu Khaldun berpendapat bahwa ilmu
dan pengajaran adalah lumrah bagi peradaban manusia. Ilmu dan pengajaran sangat
diperlukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat manusia kea rah yang lebih
baik. Semakin dinamis budaya masyarakat, maka semakin bermutu dan dinamis pula
keterampilan di masyarakat tersebut.
-
Tujuan pendidikan dari segi
kerohanian
Dari segi ini tujuan pendidikan akan dapat meningkatkan kerohanian
manusia dengan menjalankan praktek ibadat, zikir, dan lain sebagainya
sebagaimana yang dilakukan oleh para sufi.[6]
Sedangkan dalam buku Muqaddimahnya ada enam tujuan yang hendak dicapai
melalui pendidikan, antara lain :
- Menyiapkan seseorang dari segi keagamaan, yaitu dengan mengajarkan syair-syair agama menurut al-Qur’an dan hadits sebab dengan jalan itu potensi iman itu diperkuat.
- Menyiapkan seseorang dari segi akhlak. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Muhammad AR. Bahwa hakekat pendidikan menurut Islam sesungguhnya adalah menumbuhkan dan membentuk kepribadian manusia yang sempurna melalui budi luhur dan akhlak mulia.
- Menyiapkan seseorang dari segi kemasyarakatan atau social
- Menyiapkan seseorang dari segi vokasional atau pekerjaan.
- Menyiapkan seseorang dari segi pemikiran.
- Menyiapkan seseorang dari segi kesenian, disini termasuk musik, syair, khat, seni bina dan lain-lain.
2. Kurikulum
Pendidikan
Ibnu Khaldun membuat klasifikasi
ilmu dan menerangkan pokok-pokok bahasannya bagi peserta didik. Ia menyusun
kurikulum yang sesuai sebagai salah satu sarana untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan. Hal ini dilakukan, karena kurikulum dan system pendidikan yang
tidak selaras dengan akal dan kejiwaan peserta didik. Ibnu membagi ilmu itu
menjadi tiga macam, yaitu :
- Kelompok ilmu Lisan (bahasa)
- Kelompok ilmu Naqli
- Kelompok ilmu Aqli.
Ibnu Khaldun menyusun ilmu naqli sesuai dengan manfaat dan kepentingan
bagi peserta didik. Menurutnya, al-Qur’an adalah ilmu yang pertama kali harus
diajarkan kepada anak. Al-Qur’an mengajarkan kepada anak tentang syari’at islam
yang dipegang oleh para ahli agama dan dijunjung tinggi oleh setiap umat islam.
Sedangkan mempelajari ilmu aqli (rasio) dipandang sebagai suatu yang
lumrah bagi manusia dan dipelajari oleh penganut seluruh agama. Ia menyebutkan
bahwa ilmu aqli merupakan ilmu-ilmu filsafat dan keakrifan. Hanya dapat
diketahui oleh manusia melalui proses berpikir dan meneliti. Ilmu-ilmu aqli
sepantasnya dipelajari dan dikuasai sebagian manusia. Hal ini disebabkan,
karena sangat besar manfaatnya untuk kehidupan individu dan masyarakat.[7]
3. Guru dan
Murid
a. Guru
seorang guru (pendidik) akan
berhasil dalam tugasnya, apabila memiliki sifat-sifat yang mendukung
profesionalismenya, adapun sifat-sifatnya adalah :
-
pendidik hendaknya lemah lembut
-
pendidik hendaknya menjadikan
dirinya sebagai uswatun hasanah bagi peserta didik.
-
Pendidik hendaknya memperhatikan
kondisi peserta didik dalam memberikan pelajaran, sehingga metode dan materi
sesuai.
-
Pendidik hendaknya mengisi waktu
luang dengan aktivitas yang berguna[8]
b. Murid
Pada masa anak-anak menurut Ibnu
Khaldun memiliki keistimewaan dengan karakteristik pribadi ta’at, pendiam dan
tidak bimbang. Karena itu pendidikan islam harus memanfaatkan potensi psikologi
anak menuju proses pendewasaan. Karena dalam usia muda adalah masa terbaik
untuk belajar, secara tegas Ibnu Khaldun juga menganjurkan agar seseorang dalam
belajarnya selalu menyadari kapasitas individu dan belajar sesuai dengan
batas-batas kapasitasnya.
4. Metode
Mengajar
Sebagai salah satu unsure pendidikan
masalah metode tidak terlepas dari perhatian Ibnu Khaldun. Adapun
prinsip-prinsip utama yang dikemukakan Ibnu Khaldun dan dalam hubungannya
dengan metode mengajar yang efektif dan efesien.
- pentingnya pembiasaan
- secara berangsur-rangsur
- mengenali peserta didiknya
- memperhatikan peserta didiknya
- memperhatikan bakat dan kemampuan anak
- pemberian ilustrasi yang konkrit
- menghindari kekerasan dalam mengajar.[9]
Sedangkan di dalam buku Muqaddimahnya Ibnu Khaldun mencanangkan
langkah-langkah pendidikan sebagai berikut :
a.
di dalam memberikan pengetahuan
kepada anak didik, pendidik hendaknya memberikan problem-problem pokok yang
bersifat umum dan menyeluruh, dengan memperhatikan kemampuan akal anak didik.
b.
Setelah pendidik memberikan
problem-problem yang umum dari pengetahuan tadi baru pendidik membahasnya
secara lebih detail dan terperinci.
c.
Pada langkah ketiga ini pendidik
menyampaikan pengetahuan kepada anak didik secara lebih terperinci dan
menyeluruh, dan berusaha membahas semua persoalan bagaimanapun sulitnya agar anak
didik memperoleh pemahaman yang sempurna.
E. Analisis
1. Kekuatan
Dari berbagai literature yang kami
baca dan yang kami temukan bahwa Ibnu Khaldun adalah seorang yang memiliki
intelektual yang sangat tinggi dan Ibnu Khaldu mulai berusia 20 tahun ia tertarik
dalam dunia politik sehingga pada tahun 1354 M, ia diangkat menjadi seketaris
Sultan di Maroko. Lalu ia kembali ke Afrika, kemudia ia diangkat menjadi
Perdana Menteri oleh Sultan Aljazair, dan beberapa kali memimpin pasukan
tentara dalam medan pertempuran. Dan karyanya Muqaddimah membuat dia menjadi
yang diagung-agungkan bahkan di Barat dan di Timur Khaldun diagungkan juga,
serta terkenal menjadi ilmuwan besar. Selain itu Ibnu khaldun memiliki
intelegensi tinggi, pemberani, tabah dan kuat teguh pendirian dan tahan uji.
2. Kelemahan
Sedangkan yang menjadi kelemahannya
adalah pada tahun 1357 ia terlibat dalam persengkongkolan untuk menggulingkan
Amir bersama Amir Abu Abdullah Muhammad, sehingga ia ditangkap dan
dipenjarakan. Tetapi tidak lama kemudian ia dibebaskan kembali. Walaupun Ibnu
Khaldun hebat dalam ilmu politik dan pengetahuan tetapi dia memiliki sifat
angkung, egoisme, penuh ambisi, tidak menentu dan kurang memiliki rasa terima
kasih.
3. Kontribusi
Dari kelemahan yang penulis peroleh,
maka dalam hal ini penulis memberikan kontribusi terhadap kelemahannya yaitu menamkan
sifat kezuhudan karena dengan sifat ini mudah-mudahan sifat angkung, egois
penuh ambisi dan lain-lain secara perlahan-lahan akan hilang dan tidak akan
mudah meremehkan orang-orang lain serta tidak menginginkan jabatan yang begitu
tinggi.
F. Kesimpulan
Ibnu Khaldun adalah salah satu
pemikir islam yang cemerlang, ia tidak hanya membuktikan dirinya pada tataran
teoritis saja, tapi ia juga berkecimpung dalam tataran politik praktis. Dari
segi pengalaman politiknya, ia memperoleh pengetahuan yang cukup luas baik itu
sebagai seorang diplomat maupun sebagai mentri atau sekretaris.
Dalam tatanan, praktis, ia banyak
terlibat dengan intrik-intrik politik ketika itu. Hidupnya tidak hanya
dihabiskan dalam intrik politik ini, tapi dihabiskan di dunia intelektual.
Sehingga kepusatannya untuk berhenti dalam politik praktis telah membuka jalan
baginya untuk menuliskan sebuah karya yakni muqaddimah.
[1]
Abuddin Nata. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Gaya Media Pratama,
2005), hlm. 221.
[2]
Fakhrul Razy Dalimunthe, dkk. Filsafat Pendidikan Islam, (Medan : IAIN
Press, 1996), hlm.152-154.
[3]
Rama Yulis dan Samsul Nizar. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta
: Quantum Teaching, 2005), hlm. 18-19.
[4]
Abudin Nata. Loc. Cit., hlm. 222.
[5]
Haitami Salim dan Erwin Mahrus. Filsafat Pendidikan Islam, (Pontianak :
STAIN Press, 2006), hlm. 122.
[6] Rama
Yulis dan Samsul Nizar. Loc. Cit., hlm. 20-22.
[7] Ibid.,
hlm. 23-24.
[8] Ibid.,
hlm. 27.
[9]
Fakhrul Razy Dalimunthe, dkk. Loc. Cit., hlm. 163.