KEKURANGAN YODIUM
KEKURANGAN YODIUM
- Pendahuluan
Yodium dibutuhkan untuk sintesa hormon tiroid. Hampir
80% yodium dalam tubuh ditemukan dalam kelenjar tiroid dan hampir seluruhnya
terdapat dalam hormon tiroid.
Makanan laut merupakan sumber makanan yang kaya akan
yodium.
Jumlah iodida (bentuk dari yodium) dalam air yang diminum biasanya
tergantung kepada kandungan iodida dalam
tanah.[1]
- Pengertian
Dalam tubuh terkandung sekitar 25 mg yodium yang tersebar
dalam semua jaringan tubuh, kandungannya yang tinggi yaitu sekitar sepertiganya
terdapat dalam kelenjar tiroid, dan yang relatif lebih tinggi dari itu ialah
pada ovari, otot, dan darah.
Yodium diserap dalam bentuk yodida, yang di dalam kelenjar
tiroid dioksidasi dengan cepat menjadi yodium, terikat pada molekul tirosin dan
tiroglobulin. Selanjutnya tiroglobulin dihidrolisis menghasilkan tiroksin dan
asam amino beryodium, tiroksin terikat oleh protein. Asam amino beryodium
selanjutnya segera dipecah dan menghasilkan asam amino dalam proses deaminasi,
dekarboksilasi dan oksidasi (Kartasapoetra, 2005).[2]
- Kebutuhan
Yodium
Kebutuhan
yodium setiap hari di dalam makanan yang dianjurkan saat ini adalah:
- 50 mikrogram untuk bayi (12 bulan pertama)
- 90 mikrogram untuk anak (usia 2-6 tahun)
- 120 mikrogram untuk anak usia sekolah (usia 7-12 tahun)
- 150 mikrogram untuk dewasa (diatas usia 12 tahun)
- 200 mikrogram untuk ibu hamil dan meneteki
- Kekurangan Yodium
Istilah GAKY menggambarkan dimensi baru dari pengertian
spektrum kekurangan yodium. Berakibat sangat luas dan buruk pada janin bayi
baru lahir, anak dan remaja serta orang dewasa dalam populasi yang kekurangan
yodium tersebut. Akibat hal itu dapat dikoreksi dengan pemberian yodium.
Gaky (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium) merupakan salah
satu penyakit yang menyebabkan retardasi mental, namun sebelumnya sangat mudah
dicegah. Penyakit ini bisa disebut defisiensi yodium atau kekurangan yodium.
Penyakit ini sangat sedikit diketahui oleh masyarakat dan mungkin masih
merupakan problem yang ditelantarkan. Saat ini diperkirakan 1.6 miliar penduduk
dunia mempunyai risiko kekurangan yodium, dan 300 juta menderita gangguan
mental akibat kekurangan yodium. Kira-kira 30.000 bayi lahir mati setiap tahun,
dan lebih dari 120.000 bayi kretin, yakni retardasi mental, tubuh pendek, bisu
tuli atau lumpuh.
Sebagian besar dari mereka mempunyai IQ sepuluh poin di
bawah potensinya. Di antara mereka yang lahir normal, dengan konsumsi diet
rendah yodium akan menjadi anak yang kurang intelegensinya, bodoh, lesu dan
apatis dalam kehidupannya. Sehingga, kekurangan yodium akan menyebabkan
masyarakat miskin dan tidak berkembang, sementara pada anak menyebabkan
kesulitan belajar.
Risiko itu karena kekurangan yodium dalam dietnya, dan
berpengaruh pada awal perkembangan otaknya. Yodium merupakan elemen yang sangat
penting untuk pembentukan hormon tiroid.
Hormon itu sangat diperlukan untuk pertumbuhan normal,
perkembangan mental dan fisik, baik pada manusia maupun hewan. Efek yang sangat
dikenal orang akibat kekurangan yodium adalah gondok, yakni pembesaran kelenjar
tiroid di daerah leher.
Di Indonesia telah diadakan penelitian pada anak sekolah
dasar antara tahun 1980-1982 di 26 provinsi, didapatkan prevalensi goiter lebih
dari 10% apda 68,3% dari 966 kecamatan yang diperiksa, dan di beberapa desa
lebih dari 80% penduduknya dengan gondok.
Pada tahun 1998 dilakukan pemeriksaan terhadap 46.000
anak sekolah dari 878 kecamatan yang telah diseleksi pada tahun 1980-1982, dibandingkan
data terdahulu prevalensi gondok yang terlihat (visible goiter prevalences)
menurun sekitar 37,2 sampai 50%.
Tahun 1991, dilakukan survei di Indonesia bagian Timur
(Maluku, Irian Jaya, NTT, Timor Timur) pada 29.202 anak sekolah dan 1749 ibu
hamil, didapatkan gondok pada anak sekolah 12-13% dan ibu hamil 16-39%.
Kemudian pada tahun 1996, dilakukan survei di 6 propinsi, didapatkan gondok
3,1-5%, di Maluku 33%.
Pada tahun 1998, mulai ada Thyro Mobile, yang memproses data ukuran kelenjar gondok dan kadar yodium dalam urin.
Pada tahun 1998, mulai ada Thyro Mobile, yang memproses data ukuran kelenjar gondok dan kadar yodium dalam urin.
Berdasarkan data survei pada tahun 1980-1982,
diperkirakan 75.000 menderita kretin, 3,5 juta orang dengan gangguan mental,
bahkan di beberapa desa 10-15% menderita kretin.
Dari data hasil penelitian pada anak sekolah dasar. maka
pengertian tentang kekurangan yodium sudah jauh dari hanya menyebabkan gondok
saja. Yakni menyebabkan pada tumbuh kembang anak, termasuk perkembangan
otaknya, sehingga istilahnya saat ini disebut sebagai ''Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium'' atau disingkat GAKY.[3]
a. Kekurangan
Yodium pada Janin
Kekurangan yodium pada janin akibat Ibunya kekurangan yodium. Keadaan ini
akan menyebabkan besarnya angka kejadian lahir mati, abortus, dan cacat bawaan,
yang semuanya dapat dikurangi dengan pemberian yodium. Akibat lain yang lebih
berat pada janin yang kekurangan yodium adalah kretin endemik.
Kretin endemik ada dua tipe, yang banyak didapatkan adalah tipe nervosa,
ditandai dengan retardasi mental, bisu tuli, dan kelumpuhan spastik pada kedua
tungkai. Sebaliknya yang agak jarang terjadi adalah tipe hipotiroidisme yang
ditandai dengan kekurangan hormon tiroid dan kerdil.
Penelitian terakhir menunjukkan, transfer T4 dari ibu ke janin pada awal kehamilan sangat penting untuk perkembangan otak janin. Bilamana ibu kekurangan yodium sejak awal kehamilannya maka transfer T4 ke janin akan berkurang sebelum kelenjar tiroid janin berfungsi.
Penelitian terakhir menunjukkan, transfer T4 dari ibu ke janin pada awal kehamilan sangat penting untuk perkembangan otak janin. Bilamana ibu kekurangan yodium sejak awal kehamilannya maka transfer T4 ke janin akan berkurang sebelum kelenjar tiroid janin berfungsi.
adi perkembangan otak janin sangat tergantung pada hormon tiroid ibu pada
trimester pertama kehamilan, bilamana ibu kekurangan yodium maka akan berakibat
pada rendahnya kadar hormon tiroid pada ibu dan janin. Dalam trimester kedua
dan ketiga kehamilan, janin sudah dapat membuat hormon tiroid sendiri, namun
karena kekurangan yodium dalam masa ini maka juga akan berakibat pada kurangnya
pembentukan hormon tiroid, sehingga berakibat hipotiroidisme pada janin.
b. Kekurangan
Yodium pada Saat Bayi Baru Lahir
Yang sangat penting diketahui pada
saat ini, adalah fungsi tiroid pada bayi baru lahir berhubungan erat dengan
keadaan otak pada saat bayi tersebut lahir. Pada bayi baru lahir, otak baru
mencapai sepertiga, kemudian terus berkembang dengan cepat sampai usia dua
tahun. Hormon tiroid pembentukannya sangat tergantung pada kecukupan yodium,
dan hormon ini sangat penting untuk perkembangan otak normal.
Di negara sedang berkembang dengan
kekurangan yodium berat, penemuan kasus ini dapat dilakukan dengan mengambil
darah dari pembuluh darah balik talipusat segera setelah bayi lahir untuk
pemeriksaan kadar hormon T4 dan TSH. Disebut hipotiroidisme neonatal, bila didapatkan
kadar T4 kurang dari 3 mg/dl dan TSH lebih dari 50 mU/mL.
Pada daerah dengan kekurangan yodium
yang sangat berat, lebih dari 50% penduduk mempunyai kadar yodium urin kurang
dari 25 mg per gram kreatinin, kejadian hipotiroidisme neonatal sekitar 75-115
per 1000 kelahiran. Yang sangat mencolok, pada daerah yang kekurangan yodium
ringan, kejadian gondok sangat rendah dan tidak ada kretin, angka kejadian
hipotiroidisme neonatal turun menjadi 6 per 1000 kelahiran.
Dari pengamatan ini disimpulkan, bila
kekurangan yodium tidak dikoreksi maka hipotiroidisme akan menetap sejak bayi
sampai masa anak. Ini berakibat pada retardasi perkembangan fisik dan mental,
serta risiko kelainan mental sangat tinggi. Pada populasi di daerah kekurangan
yodium berat ditandai dengan adanya penderita kretin yang sangat mencolok
c. Kekurangan
Yodium pada Masa Anak
Penelitian pada anak sekolah yang
tinggal di daerah kekurangan yodium menunjukkan prestasi sekolah dan IQ kurang
dibandingkan dengan kelompok umur yang sama yang berasal dari daerah yang
berkecukupan yodium. Dari sini dapat disimpulkan kekurangan yodium
mengakibatkan keterampilan kognitif rendah. Semua penelitian yang dikerjakan di
daerah kekurangan yodium memperkuat adanya bukti kekurangan yodium dapat
menyebabkan kelainan otak yang berdimensi luas.
Dalam penelitian tersebut juga
ditegaskan, dengan pemberian koreksi yodium akan memperbaiki prestasi belajar
anak sekolah. Faktor penentu kadar T3 otak dan T3 kelenjar hipofisis adalah
kadar T4 dalam serum, bukan kadar T3 serum, sebaliknya terjadi pada hati,
ginjal dan otot. Kadar T3 otak yang rendah, yang dapat dibuktikan pada tikus
yang kekurangan yodium, didapatkan kadar T4 serum yang rendah, akan menjadi
normal kembali bila dilakukan koreksi terhadap kekurangan yodiumnya.
Keadaan
ini disebut sebagai hipotiroidisme otak, yang akan menyebabkan bodoh dan lesu,
hal ini merupakan tanda hipotiroidisme pada anak dan dewasa.
Keadaan
lesu ini dapat kembali normal bila diberikan koreksi yodium, namun lain halnya
bila keadaan yang terjadi di otak. Ini terjadi pada janin dan bayi yang otaknya
masih dalam masa perkembangan, walaupun diberikan koreksi yodium otak tetap
tidak dapat kembali normal.
d. Kekurangan
Yodium pada Dewasa
Pada orang dewasa, dapat
terjadi gondok dengan segala komplikasinya, yang sering terjadi adalah
hipotiroidisme, bodoh, dan hipertiroidisme. Karena adanya benjolan/modul pada
kelenjar tiroid yang berfungsi autonom. Disamping
efek tersebut, peningkatan ambilan kelenjar tiroid yang disebabkan oleh
kekurangan yodium meningkatkan risiko terjadinya kanker kelenjar tiroid bila
terkena radiasi.
- Pemecahan Masalah Kekurangan
Yodium
Pemecahan
masalah sebenarnya sangat sederhana, berikan satu sendok yodium pada setiap
orang yang membutuhkan, dan terus menerus. Karena yodium tidak dapat disimpan
oleh tubuh dalam waktu lama, dan hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit sehingga
harus berlangsung terus menerus. Pada daerah kekurangan yodium endemik akibat
tanah dan hasil panen serta rumput untuk makanan ternak tidak cukup kandungan
yodiumnya untuk dikonsumsi oleh penduduk setempat, maka suplementasi dan
fortifikasi yodium yang diberikan terus menerus sangat tinggi angka
keberhasilannya.
Yang paling
sering digunakan untuk melawan GAKY adalah program garam beryodium dan
suplementasi minyak beryodium. Pilihan pertama tentunya dengan garam beryodium
karena biayanya sangat murah, dan teknologinya mudah. Untuk suplementasi minyak
beryodium, keuntungannya praktis, sebaiknya hanya untuk intervensi pada
populasi yang berisiko, walaupun mudah pemakaiannya, namun memerlukan teknologi
yang lebih ruwet.
Penyuluhan
kesehatan secara berkala pada masyarakat perlu dilakukan, demikian juga perlu
diberikan penjelasan pada pembuat keputusan, dan tentunya juga diberikan
tambahan pengetahuan kepada tenaga kesehatan.
Selanjutnya
yang penting juga adalah penelitian tentang GAKY dengan pendekatan
multidisiplin, baik klinis, eksperimental maupun epidemiologi, untuk menemukan
cara yang terjamin dan mudah penerapannya. GAKY yang terlihat di masyarakat
atau populasi, hanya sebagai puncak gunung es.
Di daerah
endemik, gondoklah yang terlihat dari bagian puncak gunung es tersebut, namun
efek dari kekurangan yodium yang utama yaitu kerusakan otak merupakan komponen
yang tersembunyi dan tidak terlihat dalam tragedi ini.
Sehingga
problem dari GAKY ini sebenarnya adalah pada perkembangan otak, tidak hanya
pembesaran kelenjar tiroid atau gondok. Dengan melihat besarnya populasi yang
mempunyai risiko seperti diatas, pantas bila GAKY menjadi problem nasional
maupun internasional.
Dengan
diadakannya pertemuan ilmiah nasional GAKY 2001 yang tema ''Perkembangan
Mutakhir tentang Masalah GAKY dalam rangka Indonesia Sehat 2010'' harapan kita
tentunya dapat mendapatkan konsep, pemikiran serta semangat baru dalam
menanggulangi GAKY.