FASE ANAK SEKOLAH
A. Pendahuluan
Anak yang
sudah berumur 5-6 tahun telah memiliki kesanggupan-kesanggupan psykis seperti
penginderan dan pengamatannya telah cukup kuat untuk menerima rangsangan serta
teratur dan saat ditujukan kepada benda-benda beberapa waktu lamanya. Demikian
pula masalah yang ada sangkut pautnya dengan isi pengajaran di sekolah
pandangan serta penghargaannya terhadap sesuatu tidak lagi semata-semata di
tentukan , di pengruhi oleh kehendak atau sifat-sifat aku-nya saja, begitu pula
tentang ingatan sudah dapat menyimpan materi-materi yang di sajikan oleh guru
serta sudah mapu mmproduksi bila di perlukan sekalipun dalam batas-batas
tertentu.
Suatu fakta yng keras terjadi bila
manusia selalu mencoba ingin mengetahui tentang seluk beluk dunia. Hal ini
tidak dapat kita pungkiri,manusia ingin mengetahui segala ilmu dengan cara
bersekolah bagi manusia selain memiliki rasa ingin tahu manusia juga ingin
menjawab berbagai persoalan yang muncul dalam pikirannya dan juga ingin
mengembangkan wawasannya serta mencerahkan masa depan.
Oleh sebab itu banyak motivasi dan
tujuan manusia dari berbagai kelompok, gololngan untuk menjawab persoalan
tersebut dengan cara bersekolah. Di sebabkan rasa ingin tahu tersebut . pada
kesempatan ini penulis berusaha memaparkan bagaimana se benarnya anak yang
mengalami sekolah dan bagaimana sebenarnya fase anak yang bersekolah.
B. Pengertian
dan Ciri-ciri Anak Fase Sekolah
Masa-masa bersekolah adalah masa
yang di lalui oleh seseorang. Masa ini berlangsung sejak akhir awal masa
kanak-kanak. Masa pertengahan hingga masa akhir anak-anak. Periode ini
berlangsung ketika anak berusia kira-kira 5 atau 6 tahun hingga tibanya saat
individu memiliki kematangan secara seksual.
Permulaan masa ini di tandai dengan
masuknya anak ke bangku kelas satu sekolah dasar. Karena anak yang berusia 5-6
tahun di anggap telah memiliki kesanggupan dan kemampuan psikis yang cukup
seperti penginderaan, pengamatan dan kemampuan untuk menerima rangsangan serta
teratur dan saat dengan masalah yang berkaitan dengan isi pengajaran di
sekolah.
Bagi sebagian besar anak, memasuki
bangku sekolah merupakan sesuatu perubahan besar dalam pola kehidupannya.
Karena peristiwa penting ini mampu merubah sikap. Nilai dan prilaku anak.
Pandangan serta prilaku anak mulai terbentuk dan penghargaanya terhadap suatu
hal tidak lagi ditentukandan di pengaruhi oleh kehendak ( kemaunnya ) sendiri.
Dalam hal ini cirri-ciri fase anak
sekolah yaitu anak mulai mampu menyimpan pesan-pesan atau materi-materi yang di
sajikan dalam memorinya. Serta memberikan respon terhadap pesan yang
diteriamanya meskipun masih dalam batas-batas tertentu. Meskipun fantasinya
sudah teratur dan dapat di kendalikan, namun ia masih tergolong luas dan liar.
Hal ini di sebabkan kesadaran tentang malitas masih dalam tahap proses
pematangan.
Dalam masa ini seorang anak setelah
mampu berpikir, maksudnay seoranganak mempunyai kemampuan untuk
menggait0ngaitkan gambaran dan pengertian-penegrtian dan ia telah mampu
mempergunakan bahas lisan untuk menyampaikan hasil pikirannya.
Inteligensi anak sebelumnya hanya
berupa intelegensi praktis mulai berubah menjadi intelegensi teori yang tidak
terlepas dari intelegensi praktisnya.
C. Perkembangan Fisik
Masa
pertengahan dan ahir masa kanak-kanak dimana telah di sebutkan sebelumnya yakni
anak yang berusia 6-12 tahun adalah merupakan periode pertumbuhan fisik yang
lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan- perubahan puberitas
kira-kira 2 tahun menjelang anak menjadi matang secara seksual. Pada fase
pertumbuhan ini pertumbuhan berkembang pesat. Pada masa ini sering di sebit
periode tenang [1]sebelum
memasuki masa remaja.
Anak yang telah berusia 5-6 tahun tidak ada lagi halangan baginya untuk
pergi kesekolah dia mampu duduk tenang sekian lama dan diam dengan tenang di
bangku sekolah dan tidak terganggu kesehatannya.
Adapun perbandingan umum tinggi dan berat badan anak akan di uraikan
sebagai berkut :
1.
Baru di lahirkan tingginya sekitar
50 cm, berat sekitar 3 kg.
- Umur 1 tahun tingginya 75 cm, bertanya sekitar 10 tahun
- Umur 2 tahun tingginya 85 cm, berat badan sekitar 12 kg.
- Umur 3 tahun tingginya 94 cm, berat badan sekitar 14 kg.
- Umur 4 tahun tingginya 100 cm, berat badan sekitar 16 kg.
- Umur 5 tahun tingginya 107 cm, berat badan sekitar 18 kg.
- Umur 6 tahun tingginya 113 cm, beratnya sekitar 20 kg. [2]
Sampai dengan usia 6 tahun terlihat badan anak bagian atas berkembang
lebih lambat dari pada bagian bawah. Kepala dan perut terlihat besar, inilah
pertumbuhan fisik anak selama masa bersekolah .
D. Perkembangan Perasaan
Perasaan
biasanya di definisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subyektif yang
umumnya berhubungan denagn gejala-gejal mengenai dan di alami dalam kualitas
senang dan tidak senang dalam berbagi taraf. [3]
Perasaan banyak di pengaruhi oleh
keadaan diri sesorang. Apa yang enak, indah, menyenangkan bagi seseorang belum
tentu enak, indah , menyenangkan bagi orang lain. Perasaan pada umumnya
bersangkutan dengan fungsi mengenal, artinya perasaan dapat timbul karena
mengamati, menanggapi, menhayatkan, mengingat-ingat atau memikrkan
sesuatu.meskipun demikian, perasaan bukanlah hanya sekedar gejala tambahan dari
pada fungsi pengenalan, melainkan adalah fungsi tersendiri.
Sebagaiman woodworth dan marquis (
1955 ) yang di kutip oleh sumadi yaitu perasaan sering kali bersangkut paut
dengan jasmaniyah tetapi toh tetap fungsi tersendiri.[4]
Di masa sekolah seorang anak sudah
mampu mengatur sebagian sebagian besar dari perasaannya, kepancaindreaannya
juga kejasmaniaannya.[5]
Atau dalam artian perasaan itu sudah mulai di kurangi di masa dimana anak mulai
memasuki bangku dsekolah agar tidak mengganggu dirinya, pelajarannya dan
teman-temannya disekolah.
Adapun yang menjadi kajian
perkembangan perasaan menurut Sumadi adalah dua tahap yaitu : Perasaan-perasaan
jasmaniah dan rohaniah.[6]
Bigot dan kawan-kawan ( 1950 )
mwemberikan ikhtisar tentang bidang-bidang perkembangan sebagai berikut :
- Perasaan jasmaniah ( rendah )
Adalah perasaan-perasaan yang berhubungan dengan perangsangan alat-alat
jasmaniah ( tubuh ). Persaan ini di bagi menjadi dua, yaitu :
- Perasaan indriah
Yaitu perasaan yang berhubungan dengan perasaan terhadap panca indra
seperti : sedap, manis, pahit, asin, panas, dingin dan sebagainya.
- Perasaaan Vital
Yaitu perasaan-perasaan yang berhubungan dengan keadaan jasmani, pada
umumnya seperti persaan segar, letih , sehat, tak berdaya, kuat, lemah dan
sebagainya.
- Perasaan Rohaniah ( luhur )
Adalah perubahan perasaan anak yang berhubungan dengan aspek-aspek
rohaniah. Yaitu kejiwaan anak, perasaan anak di bagi menjadi enam bidang, yaitu
: [7]
- Perasaan Intelektual
Adalah perasaan yang berhubungan dengan kesanggupan intelek, (pikiran)
seorang anak di usia sekolah dalam menyelesaikan masalah-masalah yang di
hadapinya. Persaaan ini di bagi pada dua jenis yaitu :
1)
Perasaan intelektual positif,
yaitu perasaan senag yang di mjiliki oleh seorang anak karena harus mampu
menyelesaikan suatu masalah. Contohnya soal ujian.
2)
Perasaan intelektual negatif,
yaitu perasaan kecewa yang dialami oleh seorang anak kerena kegagalan yang di
alaminya, contohnya kegagalan menjawab soal ujian.
- Perasaan kesusilaan
Perasaan kesusillaan yang sering di sebut perasaan etis adalah perasaan
tentang baik buruknya suatu keadaan yang di miliki oleh seorang anak. Setiap
anak tentunya memiliki ukuran tersendiri secara individual tentang bagaimana
menilai suatu prilaku. Hal ini sering di sebut sebagai norma individual
disamping norma individual di atas kita juga mengenal adanya suatu norma yang
berlaku di masyarakat yang sering di sebut norma social.
Nah, perasaan kesusilaaan di atas bersangkut paut dengan pelaksanaan
norma tersebut, perasaan ksusilaan di bagi menjadi 2 yaitu :
1)
Perasaan kesusilaanpositif, yaitu
perasaan puas kalau orang melakukan hal-hal atau nama yang baik.
2)
Perasaan kesusilaan negatif, yaitu
perasaan menyesal apabila orang telah melakukan suatu hal yang buruk atau
bertentangan dengan norma.
- Perasaan Keindahan
Adalah perasaan yang menyertai atau yang timbul karena seseorang anak
menghayati sesuatu yang indah atau tidak indah.
- Perasaan Sosial
Yaitu perasaan yang mengingatkan seorang dengan sesama anak yang lainnya,
perasaan untuk hidup bermasyarakat dengan sesamanya, perasaan untuk bergaul,
saling tolong menolong, memberi dan menrima simpati dan antipati, rasa setia
kawan dan sebagainya.
- Perasaan harga diri
Adalah perasaan yang di miliki seorang anak berdasrakan penghargaan dan
penghormatan yang diperolehnya dari phak lain. Perasaan ini di bagi menjadi 2
jenis yaitu :
1)
Perasaan harga diri positif, yaitu
perasaan puasa, senang, bangga yang di alami seorang anak yang mendapat
penghargaan dari orang lain.
2)
Perasaan harga diri negatif, yaitu
perasaan kecewa, tidak senang kalau seorang anak memperoleh celaan, hukuman
dari pihak lain.
- Perasaan keagamaan
Adalah perasaan yang bersangkut paut dengan kepercayaan seorang anak
tentang adanya yang Maha kuasa. Rasa syukur setelah lepas dari bahaya secara
ajaib. Berdasarkan uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa seorang anak dalam
masa berseekolah harus mengalami perasaan-perasaan di atas untuk mempermudah
perkembangan perasaannya dan untuk menujang keberhasilannya di sekolah. Tidak
terlepas dari perasaan rohaniyah yang baik yang di miliki seorang anak akan
memmpermudah perkembangan dalam masa bersekolah ( situasi pendidikan ).
Sebagai contoh apabila perasaan harga diri seorang anak telah brkembang
maka ia tidak akan takut berhadap atua tatap muka dengan anak alin maupun dalam
menghadapi pelajaran dan tidak bingung di sekolah, serta tidak mengalami
penyakit rasa rendah diri atau minder.
Selain itu seorang anak akan mapu memasuki masyarakat baru yang
berdisplin di sekolah, ketika anak memasuki bangku sekolah maka ke egoisannya
dalam hal ini sifat kelakuannya mulai berkurang dan ia mulai mengakui bahwa
sanya da akannya orang lain.
E. Proses Sosialisasi Fase Anak Sekolah
Akhir masa kanak-kanak yang
berlangsung dari usia 6-12 tahun di tandai oleh kondisi yang sangat
mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian kehidupan social anak. Bagi
sebagian ahli psikologi, ahir masa kanak-kanak sering di sebut sebagai usia
kelompok.[8] Yaitu suatu masa dimana perhatian utama
anak tertuju pada keinginan di terimanya ia oleh teman-teman sebyanya sebagai
anggota kelompok, terutama oleh kelompok yang bergengsi dalam pandangan
teman-temannya.
Oleh karena itu, anak ingin
menyesuaikan diri dengan standar yang disetuji kelompok dalam penampilan,
berbicara fdan berprilakuy sehingga muncul pula anggapan masa ahir kanak-kanak
sebagai nusia pentesuaian diri. Seorang anak dalam masa ahir kanak-kanak dalam
hal ini ketika anak telah memasuki bangku sekolah dasar tidak akan merasa puas
apabila tidak brsama teman-teman kelompoknya.
Dalam hal ini, seorang anak tidak
akan puas bermain sendiri di rumahnya atau dengan saudara-saudara kandungnya
atau dengan anggota keluarganya, ia akan merasa kesepian. Dia tidak akan merasa
cukup berteman denga 2 atau 3 orang anak saja. Hal ini berlaku umum bagi anak
laki-laki atau perempuan.
Pada umumnya geng atau kelompok anak
berwujud sebagai orang jahat orang baik. Pengacau atau pahlawan ada sejumlah
diri menonjol pada geng anak yaitu : kelompok mereka adalah merupakan kelompok
bermain, anggotanya harus anak-anak yang mudah di ajak dan memiliki pemikiran
yang sama. Anak-anak dalam satu kelompok memiliki jenis kelamin yang sama pada
mulanya keanggotaaan nya dimulai 3 atau 4 orang saja dan kemudian lama kelamaan
terjadi penambahan anggota atau bahkan pergantian anggota menunjukkan prilaku
social baik dan buru yang mereka lihat dari orang dewasa, memiliki pusat
berkumpul yang di sepakati bersama, dan jauh dari pengawasan orang dewasa.
Selain itu keanggotaan kelompok
anak-anak usia sekolah pada umumnya memberikan banyak efek bagi anak, ada yang
berpengaruh positif atau baik dan efek negatif atau buruk. Namun sejauh
pengalaman yang kita saksikan keanggotaan kelompok ini lebih banyk memberikan
efek negatif.
Efek positif dari kelompokmini
misalnya, seorang anak yang ber gabung dengan suatu kelompok akan terlatih jiwa
sosialnya, artinya ia akan terbiasa hidup dan memahami bahwa setiaporang itu
memiliki peran social dalam kehidupan bernasyarakat. Sedangkan, efek negatif
dari ke anggotaan kelompok ini di antaranya :
1.
Menimbulkan pertentangan dengan
orang tua karena perbedaan status social dan ekonomi dalam masyarakat.
2.
Permusuhan antara anak laki-laki
dan anak perempuan meluas.
3.
kecenderungan anak yang usianya
lebih tua untuk mengembangkan prasangka terhadap anak yang berbeda.
4.
Cara anak memperlakukan anak lain
di luar anggota kelompoknya terkadang menjadi tidak wajar dan sering
mengakibatkan permusuhan hingga akhirnya kadang anak berusia remaja dan dewasa.
Salah satu unsure penting bagi seorang anak dalam menyesuaikan diri
dengan kehidupan social kelompok adalah konsep memhami diri sedikitnya ada 3
karateristiuk konsep pemahaman diri anak yang di utarakan oleh para ahli
antaranya :
1 ) karakteristik
internal ( di kemukakan olh F. Abound & S. Sketty, 1983 )
2 ) Karakteristik
aspek-aspek social ( dikemukakan oleh Liversly & Biomely )
3)
Karakteristik perbandingan social
(dikemukakan oleh Sofert& Hoffnung, 1994 ).[9]
Jadi,
seorang anak yang ingin memasuki dunia berkelompok harus mampu memahami diri
terlebih dahulu agar tidak salah melangkah.
F.
Perkembangan Intelegensi
Dalam membahas perkembangan kognitif
anak usia sekolah, masalah kecerdasan atau intelegensi mendapat perhatian yang
lebih dari pada psikolog. Karena menurut mereka perkembangan kognitif itu
seiring dengan perkembangan intelegensi. Artinya kemampuan intelegensi yang
dimiliki anak akan mendukung perkembangan kognitif anak terutama saat ia
berusia sekolah, demi optimalnya hasil belajar yang di perolehnya. Berikut ini akan di bahas segala sesustu yang
berhubungan dengan intelegensi.
1.
Pengertian Intelegensi
Intelegensi
merupakan satu konsep yang abstrak intuk di definisikan. Namun dsari sekian
banyak definisi yang di rumuskan para ahli secara umum di klasifikasikan ke
dalam 3 bentuk yaitu :
a.
Kemampuan menyesuaikan dieri
dengan lingkungan, beradaptasi dengan situasi baru yang beragam.
b.
Kemampuan untuk belajar atau
menerima pendidikan.
c.
Kemampuan untuk berfikir abstrak,
menggunakan konsep-konsep dan symbol-simbol ( Pharas, 1988 ).[10]
Berdasarkan
definisi di atas dapat kita ambil gambaran atau kesimpulan bahwa intelegensi
adalah kemampuan berfikir secara abstrak dan memecahkan masalah dengan
menggunakan symbol-simbol.
2.
Pengukuran intelegensi
Intelegensi
yang di miliki anak tidak sama. Sehingga muncullah pemikiran para ahli untuk
membuat satu rumusan bagaimana mengukur perbedaan tersebut. Diantara Alfret
Binot ( 1857-1911 ) bersama mahasiswa Thoophile Simon.[11]
Namun pada akhirnya di sempurnakan oleh William Stern ( 1871-1938 ).[12],
seorang psikolog Jerman yang akan di uraikan sebagai berikut :
IQ
: MA × 100[13]
CA
Keterangan
:
MA : Usia
Mental
CA : Usia
Kronologis
IQ :
Intelegensi Quotient ( tingkat kecerdasan )
Berikut ini akan di sajikan table klasifikasi IQ
anak tingkat sekolah :
IQ
|
Klasifikasi
|
Tingkat Sekolah
|
Di atas 139
|
Sangat Superior
|
Orang yang sangat pandai
|
120-139
|
Superior
|
Dapat menyelesaikan studi di Universitas tanpa banyak ksulitan.
|
110-119
|
Di atas rata-rata
|
Dapat menyelesaikan sekolah lanjutan tanpa kesulitan.
|
90-109
|
Rata-rata
|
Dapat menyelesaikan sekolah lanjutan
|
80-89
|
Dibawah rata-rata
|
Dapat menyelesaikan sekolah dasar
|
70-79
|
Borderline
|
Dapat mempelajari sesuatu tapi lambat
|
Dibawah 70
|
Terbelakang secara mental
|
Tidak bisa mengikuti pendidikan di sekolah.
|
Sumber : adaptasi dari Desmita ( 2005 ).[14]
3.
Teori-teori Intelegensi.
Ada
banyak tokoh psikologi yang merumuskan teori-teori intelegensi seperti
Thurstone, Gardner dan Sternberg. Adapun rincian teori-teori mereka di atas
akan di sajikan dalam table-tabel berikut :
a.
Turstone
Kemampuan Mental Primer Thurstone
Inteligensi
|
Kemampuan
|
Verbal comperehension
|
Kemampuan memehami makna kata
|
Word Fluency
|
Kemempuan memikirkan kata secara tepat, seperti penukaran huruf dalam
kata, sehingga kata itu mempunyai pengetian lain, atau memikirkan kata-kata
yang bersajak.
|
Number
|
Kemepuan bekerja denga angka dan melakukan perhitungan
|
Memory
|
Kemampuan meningkat stimulus verbal
|
Perceptual speed
|
Kemampuan menangkap rincian visual secara cepat melihat persamaan dan
perbedaan antara objek yang tergambar
|
Resoning
|
Kemampuan menemukan aturan umum berdasarkan contoh yang di sajikan,
seperti menenrukan bentuk keseluruhan rangkaian setelah di sajikan sebagian
dari rangkaian tersebut.
|
Sumber : Adaptasi dari Desmita ( 2005 )
b.
Gardner
Aspek Intelegensi Gardner
Inteligensi
|
Kemampuan
|
Logical-mathematical
|
Kepekaan dan kemampuan mengamati pola-pola logis dan bilangan, serta
kemampuan berfikir logis.
|
linguistic
|
Kepekaan terhadap suara, ritme, makna, kata-kata, dan keragaman
fungsi-fungsi bahasa.
|
Musical
|
Kemampuan menghasilkan dan mengekspresikan ritme, nada dan
bentuk-bentuk ekspresi musik.
|
Spatial
|
Kemampuan mempersepsi dunia tuang visual secara akurat dan melakukan
transformasi persepsi tersebut.
|
Bodly kinesthelic
|
Kemampuan mengontrol gerakan tubuh dan menangani objek-objk secara
trampil.
|
Interpersonal
|
Kemampuan mengamati dan merespon suasana hati, tenparamen, dan
motivasi orang lain.
|
Intrapersonal
|
Kemampuan memahami perasaan, kekuatan, dan kelemahan inteligensi
sendiri.
|
Sumber :
Diadaptasi dari Desmita (2005 )
c.
Sternberg
Aspek Intelektual Sternberg
Aspek Inteligensi
|
kemampuan
|
Compenental
|
Pengkodean dan penggambaran infomasi dan perencanaaan pelaksanaan
solusi atas permasalahan- permasalahan.
|
ekspriential
|
Mampu memmadukan masalah-masalah baru dan masalah-masalah lama dengan
cara-cara baru, mampu mnyelesaikan masalah secara otomatis.
|
Contextual
|
Mampu menyesuaikan, mengbah dan memilih lingkungan belajar untuk di
jadikan sebagai sarana dalam pemecahan masalah.
|
Sumber :
Diadaptasi dari Desmita (2005)
Berdasarkan uraian di atas kita
ambil satu persepsi bahwasnya anak yang sudah memasuki bangku sekolah akan
memiliki perkembangan inteligensi yang lebih baik di bandingkan anak yang belum
memasuki bangku sekolah. Karena dengan memasuki bangku sekolah akan ada faktor
dari luar yang mempengaruhi perkembangan inteligensi anak usia sekolah. Baik
itu yang bersal dari hederitas ( keturunan ), lingkungan. EQ dan EI yang akan
mempengaruhi keberhasilannya di sekolah.
G.
Perkembangan Agama dan Kesusilaannya
Bagi anak agama memiliki arti yang
sama pentingnya dengan moral dalam situasi yang di lakukan Gadman tentang
perkembangan pemahaman agama anak-anak sekolahdengan latar belakang teori
perkembangan kognitif piegot di temukan bahwa perkembangan pemahaman agama pada
fase sekolah berada pada tahap 3 dimana anak sekolah memperlihatkan pemahaman
agama yang lebih abstrak dan hipotesis.
Dibandingkan dengan masa sekolah
tingkat dasar, misalnya keyakinan agama tingkat SMP dan SMA telah mengalami
perkembangan yang cukup berarti kalau pada masa sekolah dasar ketika mereka
baru memiliki kemampuan berfikir simbolik. Tuhan di bayangkan sebagai person
yang ada di awan, maka pada masa SMP, SMA mreka mungkin berusaha mencari sebuah
konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksitensinya. Perkembangan
pemahaman tingkat SMP, SMA terhadap keyakinan agama ini sangat di pengaruhi
oleh perkembangan kognitifnya.
H.
Perkembangan berfikir pada fase anak sekolah menurut piogot
Ahli psikologi yang memiliki jasa
yang besar dalam memneliti dan mengembangkan teori-teori berfijkir manusia
adalah piogot. Sehingga diketahui kemampuan berfikir manusia sesuai dengan
tingkatan umurnya. Menurut piogot, siapa pun dan dimanapun seorang anak di
seantero dunia ini akan mengalami 4 periode perkembangan berfikir. Yang
berlangsung dari sejak lahir sampai remaja.[15]
Periode-periode perkembangan itu
akan di uraikan berikut ini :
1.
Perkembangan berfikir sensomotorik
( 0-3 tahun )
Periode
ini merupakan periode pertama, di namakan periode sensomotorik karena pada saat
ini anak memahami lingkungan disekitarnya melalui pengindaran ( sensori ) dan
gerakan-gerakan ( motorik ) periode ini di bagi lagi menjadi enam fase yaitu :
a.
Umur 1 bulan dengan cirri-cirinya
:
1 )Kemampuan berfikir reflek
2
)Kemampuan menggerakkkan anggota badan meskipun belum terkoordinasi.
3
)Kemampuan untuk mengkoordinasikan dan mengasimilasikan atau merespon berbagai
kesan yang di terimanya dari lingkungan sekitarnya.
b.
Umur 1 – 4 bulan dengan kemampuan
memperluas skema yang dimilikinya secara horoditas ( keturunan )
c.
Umur 4- 8 bulan dengan kemampuan
memahami hubungan antara perlakuan yang ia berikan terhadap benda yang ia
perlakukan tersebut.
d.
Umur 8-12 bulan dengan cirri-ciri
memiliki kemampuan :
1 )
Memahami bahwa suatu benda tetap ada walaupun sementara menghilang dan pada
masa yang akan dating dapat muncul kembali.
2 ) Melakukan berbagai eksprimen .
3 ) Menentukan tujuan kegiatan tanpa bergantung
pada orang tuanya.
e.
Umur 12- 18 bulan dengan kemampuan
untuk meniru dan melakukan percobaan semakin luas.
f.
Umur 18 – 24 bulan dengan
kemampuan :
1 )
Mengingat dan berfikir ( kekognitifan )
2 )
Berfikir dan berusaha menggunakan symbol bahasa sederhana.
3) Mulai berfikir untuk memecahkan suatu
masalah.
4 )
Memahami diri sendiri.
2.
Perkembangan berfikir professional
Periode
ini di tandai dengan mulai aktifnya anak melakukan aktivitas mental dan
berfikir. Yang menjadi cirri khas dari periode ini adalah egosentris alias
sifat keangkuhan anakk mulai berkembang pesat sampai pada titik puncaknya. Hal
ini dapat kita perhatikan melalui tingkah laku dan cara berfikir anak dalam
menghadapi dan mengambil suatu keputusan.yaitu, imajinatik nya ( daya hayalnya
) berkembang pesat, berbahasa egosentris ( berbicara pada diri sendiri ),
memiliki ke akuan yang tinggi ( tidak memikirkan kalau ada aku orang lain ),
rasa ingin tahunya sangat tinggi, bahasnya berkembang cepat.
3.
Perkembangn brfikir periode
konkrit
Periode
ini sering di sebut sebagai periode konkrit karena pada masa ini anak hanya
mampu berfikr dengan logikanya melalui apa yang di saksikannya secara nyata
dalam menyelesaikan berbagai masalah yang hadir di hadapannya dan dalam bentuk
nyata.
Demikian
pula halnya dalam memahami konsep anaksangat terikat pada proses yang di
alaminya sendiri, di amati langsung dan hubungan langsun dengan konsep
tersenut. Oleh karena itu anak sangat mudah menyelaesaikan masalah yang
berbentuk verbal atau mmasalah yang mengandalkan perbuatan.
4.
Perkembangn berfikir periode
formal
Kemampaun
berfikir formal anak akan berkembang pesat apabila anak telah menguasai
kemampuan berfikir abstrak, berfikir logis, ilmiyah, intropeksi diri, memahami
peranannya, dan memperhatikan lingkungan masyarakat sekitarnya.
I.
Perkembangan kognitif pada fase anak sekolah
Berfikir adalah proses hubungan
antara stimulas – respons –reinforcement.[16] Artinya berfikir ini merupakan hubungan
suatu motif yang di sretai suatu gerakan, tanggapan dan waktu pelaksanaan.
Plato berpendapat bahwa berfikir
adalah “ brbicara dalam hati “.[17]
Berfikir adalah proses yang di susun melalui tiga langkah yaitu ;
1.
Pembentukan pengrtian
2.
pembentukan pendapat.
3.
Penariakn kesimpualan
Pada
prinsipnya berfikir ialah menemuka hubungan antar segala sesuatu yang di lihat
dan di ketahui oleh orang lain ( Ghazali, Cs ).[18]
Sebagaiman di sebut dalam diktat Agus Salim Daulay.
Seiring
dengan masuknya anak sekolah dasar, maka kemapuan kognitifnya akan ikut
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dengan masuknya anak kedunia sekolah,
berarti dunia dan minat anak bertambah luas. Dengan meluasnya minat anak maka
bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya
kurang berarti bagi anak. Dalam keadaan normal kognitif anak usia sekolah
berkembang secar berangsur-angsur.
Kalau pada
masa sebelumnya daya fikir anak masih imajinatif dan egosentris. Maka pada usia
sekolah daya fikir ini berkembang ke arah berifikr konkrit, rasional dan
objektif. Daya ingatnya semakin kuat sehingga anak benar-benar dalam suatu
stadium belajar.[19]
Adapun
perkembangan berfikir pada anak dapat kita lihat seperti di uraikan berikut ini
. misalnya, ada gambar seekor monyet, petani, pisang, pohon pisang dan
kebunnya. Jika di tanyakan kepada setiap anak mengenai keterangan dari gambar
tersebut maka ada jawaban yang berbeda dan bervariasi dari setiap anak sesuai
tingkat perkembangan mereka.
Adapun
variasi jawaban tersebut di antaranya :
1.
Anak umur 3,0 tahun kemungkinan
memberi keterangan bahwa itu adalah gambar pisang, monyet, petani dan pohon
pisang serta kebun.
2.
Anak umur 6,0 tahunkemungkinan
memberi keterangan bahwa monyet membawa pisang, petani mengejarnya dan
sekitarnya ada pohon pisang sedang berbuah.
3.
Sedangkan anak umur 12 tahun akan
memberikan keterangan bahwa monyet itu mencuri pisang petani, petani tersebut
mngjarnya.
Berdasarkan
uraian di atas kita dapat memperoleh gambaran anak yang berusia 6 tahun ke atas
sudah mampu membaca keadaan atau dalam artian berfikir atau kognitifnya mulai
berkembang.
Ketika
anak berusia 6-12 tahun anak mualai berfikir kritis sedangkan pemikiran kritis
ini adalah pemahaman atau refleksi trhadap permasalahan secara mendalam,
mempertahankan fikiran agar tetap terbuka bagi berbagi pendekatan dan
perspektif yang berbeda.
Parkins,
jay dan Tishman ( 1993 ).[20]
Mengatakan bahwa pemikiran yang baika adalah meliputi disfusi-disfusi untuk :
1.
Berfikir terbuka, fleksibel dan
berani mengambil resiko.
2.
mendorong keingintahuan
intelektual
3.
Mencari dan memperjelas pemahaman.
4.
Merencanakan dan menyusun
strategi.
5.
Berhati-hati sevar intelektual
6.
Mencari dan mengevaluasi
pertimbangan-pertimbangan rasional.
7.
Mengembangkan metakognitif (
kecakapan kognitif )
Selain
itu seorang pakar psikologi kognitif Robert J. Sternberg.[21]
Memberikan usulan untuk mengembangkan pemikiran kritis anak yaitu :
1.
Mengajarkan anak menggunakan
proses berfikir yang benar.
2.
Mengembangkan starategi pemecahan
masalah.
3.
Meningkatkan gambaran mental anak.
4.
Memperluas landasan pengethuan
mereka.
5.
Memotivasi anak memperpergunakan
keterampilan berfikr yang baru di pelajarinya.
J.
Perkembangan Motorik pada fase anak sekolah
Dengan
bverkembangnya fisik anak maka hal ini akan memungkinkan adanya
1.
Perkembangan motorik bagi seorang anak. Adapun tahap perkembangan motorik
yaitu Usia 6 tahun, koordinasi antara
mata dengan tangan ( fisiomotorik ) yang di butuhkan untk mendidik, menagkap,
mneyekap, mlempar dan sebaginya.
2.
Usia 7 tahun, tangan anak semakin
kuat ia lebih menyukai pensil dari pada krayon untuk melukis.
3.
Usia 8-10 tauhn, tangan anak dapat
di gunakan secara bebas, mudah dan tepat. Anak mulai mahir menulis dan ukuran
huruf mulai mengecil dan bertambah rapi.
4.
Usia 10-12 tahun, anak-anak mulai
memperlihatkan keterampilan-keterampilan menipulatif menyerupai orang dewasa.
Seperti memainkan alat-alat musik.
K.
Penutup
Berdasrkan uraian pada makalah di
atas dapat kita ambil kesimpulan bahwasanya masa bersekolah adalah masa dimana
anak telah brusia 5,0 atu 6,0 tahun yang di tandai dengan masuknya anak ke
bangku sekolah dasar, pertumbuhan fisik bertambah pesat, egosentris berkurang,
pola berfikir muali terarah menuju pola berfikir konkrit, krirts, logis serta
di tandai masuknya anak dalam kelompok-kelompok tertentu dalm kehidupan
brmasyarakat.
Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi brkembangnya anak pada usia sekolah dikarenakan adanya faktor
horoditas, emosi, dan lingkungan yang mempengaruhinya.
[1]
Desmita, Psikologi perkembangan, ( Bandung : Remaja Rosda Karya , 2005
), Hal. 153
[2]
Agus Salim Daulay, Diktat Psikologi
Perkembangan , ( STAIN Padangsidimpuan : Untuk Kalangan Sendiri , 2007 ),
Hal. 74
[3]
Sumardi Suryabrata, Psikologi
Pendidikan, ( Jakarata : Rajawali Press, 1990 ), Hal. 66
[4] Ibid
[5]
Agus Salim Daulay, Opcit, Hal. 73
[6]
Bandingan, Sumadi Subyabrta, Op cit, Hal. 67 , Wasty Soemanto, Psikologi pendidikan
( Jakarta : Rineka Cipta , 2006, Hlm. 37-38
[7]
Sumardi Suryabrata, Ibid, hal. 67-69
[8]
Elizabeth B. Hourlock, Developmental Psychology a life soan approach, (
Newyork : Mc. Graw Hill Book,1980 )
[9]
Desmita, Opcit, Hal. 181-184
[10] Ibid,
Hal. 163
[11] Ibid,
Hal. 164
[12] Ibid,
Hal. 165
[13] Ibid,
[14] Ibid,
hal. 167-169
[15]
Agus Salim Daulay, Op cit, Hal 79-82
[16]
Wasty Soemanto, Op cit , Hal. 127
[17]
Sumardy Sryabrta , Op cit, Hal. 54
[18]
Agus Salim daulay, Op cit, Hal. 76
[19]
Desmita, Op cit , Hal. 156
[20] Ibid,
Hal. 161
[21] Ibid,
Hal. 162