AUTISME
AUTISME
- Pendahuluan
Autisme adalah suatu gangguan yang ditandai oleh melemahnya kemampuan
bersosialisasi, bertingkah laku, dan berbicara. Autisme sering disebut dengan Autistic
Spectrum Disorder (ASD). Penyebab
yang paling dominan yang menyebabkan autisme ini adalah factor genetika, dan
diikuti oleh factor – factor lainnya yang akan di bahas dalam pembahasan
makalah ini.
- Pengertian
Autisme
Istilah Autisme berasal dari kata "Autos" yang berarti diri
sendiri "Isme"yang berarti suatu aliran. Berarti suatu paham yang
tertarik hanya pada dunianya sendiri.
Autistik adalah
suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi
sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun.
Bahkan pada autistik infantil gejalanya sudah ada sejak lahir.
Diperkirakan 75%-80% penyandang autis ini mempunyai retardasi mental,
sedangkan 20% dari mereka mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk
bidang-bidang tertentu[1].
Anak penyandang
autistik mempunyai masalah/gangguan dalam bidang :
1. Komunikasi
2. Interaksi
sosial
3. Gangguan
sensoris
4. Pola bermain
5. Perilaku
6. Emosi
- Penyebab
Autisme
Beberapa teori terakhir mengatakan bahwa faktor genetika memegang peranan
penting pada terjadinya autistik[2].
Bayi kembar satu telur akan mengalami gangguan autistik yang mirip dengan
saudara kembarnya. Juga ditemukan beberapa anak dalam satu keluarga atau dalam
satu keluarga besar mengalami gangguan yang sama.
Selain itu pengaruh virus seperti rubella, toxo, herpes; jamur; nutrisi
yang buruk; perdarahan; keracunan makanan, dsb pada kehamilan dapat menghambat pertumbuhan
sel otak yang dapat menyebabkan fungsi otak bayi yang dikandung terganggu terutama
fungsi pemahaman, komunikasi dan interaksi.
Banyak ahli melakukan penelitian dan menyatakan bahwa bibit autisme telah
ada jauh hari sebelum bayi dilahirkan bahkan sebelum vaksinasi dilakukan.
Kelainan ini dikonfirmasikan dalam hasil pengamatan beberapa keluarga melalui
gen autisme. Patricia Rodier, ahli embrio dari Amerika bahwa korelasi antara
autisme dan cacat lahir yang disebabkan oleh thalidomide menyimpulkan bahwa
kerusakan jaringan otak dapat terjadi paling awal 20 hari pada saat pembentukan
janin. Peneliti lainnya, Minshew menemukan bahwa pada anak yang terkena autisme
bagian otak yang mengendalikan pusat memory dan emosi menjadi lebih kecil dari
pada anak normal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa gangguan perkembangan otak
telah terjadi pada semester ketiga saat kehamilan atau pada saat kelahiran
bayi.
- Karakteristik
Anak autistik
mempunyai masalah/gangguan dalam bidang:
1. Komunikasi:
- Perkembangan
bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
- Anak tampak
seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi kemudian sirna,
- Kadang
kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
- Mengoceh tanpa
arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang
lain
- Bicara tidak
dipakai untuk alat berkomunikasi
- Senang meniru
atau membeo (echolalia)
- Bila senang
meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti
artinya
- Sebagian dari
anak ini tidak berbicara ( non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal)
sampai usia
dewasa
- Senang
menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya
bila ingin
meminta sesuatu
2. Interaksi
sosial:
- Penyandang
autistik lebih suka menyendiri
- Tidak ada atau
sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
- Tidak tertarik
untuk bermain bersama teman
- Bila diajak
bermain, ia tidak mau dan menjauh
- Ekspresi
wajah, postur tubuh dan gerak - gerik sangat kaku, tidak ada timbal balik
sosial
atau emosional,
tidak memiliki ekspresi emosional terlihat bagaimana ekspresi wajahnya
biasa saja
ketika bertemu ibunya ataupun ketika digendong oleh bapaknya
3. Gangguan
sensoris:
- sangat
sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk
- bila mendengar
suara keras langsung menutup telinga
- senang
mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
- tidak sensitif
terhadap rasa sakit dan rasa takut
4. Pola
bermain:
- Tidak bermain
seperti anak-anak pada umumnya,
- Tidak suka
bermain dengan anak sebayanya,
- tidak kreatif,
tidak imajinatif
- tidak bermain
sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya di putar-putar
- senang akan
benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda,
- dapat sangat
lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa
kemana-mana
5. Perilaku:
- Dapat
berperilaku hiperaktif ataupun hipoaktif
- Memperlihatkan
perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan
seperti burung,
berputar-putar, mendekatkan mata ke
pesawat TV,
lari/berjalan bolak balik, melakukan gerakan yang diulang-ulang
- tidak suka
pada perubahan
- Dapat pula
duduk bengong dengan tatapan kosong
- Minat dan
aktivitas yang terbatas
6. Emosi:
- sering
marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan
- temper tantrum
(mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan
keinginannya
- kadang suka
menyerang dan merusak, terutama ketika merasa terancam
- Kadang-kadang
anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri
- Tidak
mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain
- Upaya
Penyembuhan Penderita Autis
Adapun upaya yang dapat dilakukan unutk mengatasi penyakit ini adalah
dengan melekukan Therapi pada anak yang mengalami Autis.
Penderita
Autisme biasanya dirawat dan disekolahkan dalam sekolah khusus anak autisme.
Meskipun anak
autis tidak bisa disembuhkan secara sempurna, namun anak tersebut dapat dilatih
agar mampu hidup mandiri. Pendidikan yang diberikan pada sekolah khusus tersebut
umumnya menekankan pada pemberian stimulasi melalui terapi – terapi
(psikoterapi) sehingga anak dapat mengadakan kontak sosial dan mengurangi atau
menghilangkan perilaku yang abnormal. misalnya dengan teori penguatan perilaku
yaitu memberikan sesuatu yang disukai anak (buku puzzle) dengan syarat dia mau
bergabung kembali dengan kelasnya, ataupun Guru jika di sekolah yang
mengingatkan anak untuk menatap matanya[3].
Keluarga juga sangat berperan dalam melakukan terapi perilaku. Kesabaran
dan ketekunan orang tua untuk berusaha menerima dan memberi stimulasi dengan
kata – kata, ataupun dengan memberikan kasih sayang seperti selalu memeluk anak
sampai tertidur.
Umumnya terapi –
terapi yang digunakan disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala-nya, beberapa
jenis terapi yang biasa diberikan pada penderita autisme yaitu:
- Terapi Edukasi,
Dengan memberinya pendidikan kognitif secara sederhana dan praktis
seperti membaca, menulis atau mengenalkan benda tertentu, anak diberi kumpulan
kartu yang berisi gambar dan nama – nama orang disekitarnya, serta hal – hal
yang perlu diperhatikan, misalnya gambar oven dengan tulisan hati – hati ini
panas atau jangan bicara dengan orang asing.
- Terapi Okupasi
Yaitu dengan melatih gerakan motorik otot - ototnya, misalnya dengan
melepas baju, atau menaruh tas. misal melatih anak membuat minuman sendiri,
yaitu membuka bungkus minuman, lalu mengaduknya, walaupun anak belum bisa
mengambil sendiri jenis minuman tersebut.
- Terapi Bicara,
Yaitu pemberian stimulus tertentu yang mendorong anak untuk berbicara.
Contohnya tiap kali pulang dan masuk rumah selalu berkata “Mami, saya sudah
pulang”, tidak peduli ada atau tidak ibunya di tempat itu.
- Terapi obat-obatan,
Yaitu dengan memberikan obat yang menurunkan hiperaktifitas, sterotipik,
menarik diri, kegelisahan, dan afek yang labil. Contohnya obat penenang (sesuai
dosis)
- Terapi Makanan,
Yaitu dengan memberikan gizi yang cukup pada makanan-nya agar
perkembangan sel tubuh tidak terganggu.
Autisme memang
tidak dapat disembuhkan secara total, namun demikian diharapkan semakindini
dalam penanganan penderita autisme semakin besar kesempatannya untuk dapat berperilaku
normal, mandiri dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya.
PENUTUP
- Kesimpulan
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pada anak mengenai beberapa
hal, antara lain : komunikasi, Interaksi social, perilaku, cara bermain, emosi
dan imajinasi.
Factor yang
paling berperan penting dalam autisme ini adalah factor bawaan, atau factor
gen.
Autisme dapat
ditangani melalui cara therapy, yakni therapy edulasi, okupasi, bicara, obat –
obatan, dan makanan. Penyakit autis ini tidak dapat disembuhkan secara total,
namun dengan berbagai upaya penyakit ini dapat di minimalisir pengaruhnya
terhadap perkembangan anak.