AUTISME


AUTISME

  1. Pendahuluan
Autisme adalah suatu gangguan yang ditandai oleh melemahnya kemampuan bersosialisasi, bertingkah laku, dan berbicara. Autisme sering disebut dengan Autistic Spectrum Disorder (ASD).  Penyebab yang paling dominan yang menyebabkan autisme ini adalah factor genetika, dan diikuti oleh factor – factor lainnya yang akan di bahas dalam pembahasan makalah ini.

  1. Pengertian Autisme
Istilah Autisme berasal dari kata "Autos" yang berarti diri sendiri "Isme"yang berarti suatu aliran. Berarti suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri.
Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada autistik infantil gejalanya sudah ada sejak lahir.
Diperkirakan 75%-80% penyandang autis ini mempunyai retardasi mental, sedangkan 20% dari mereka mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk bidang-bidang tertentu[1].
Anak penyandang autistik mempunyai masalah/gangguan dalam bidang :

1. Komunikasi
2. Interaksi sosial
3. Gangguan sensoris
4. Pola bermain
5. Perilaku
6. Emosi


  1. Penyebab Autisme
Beberapa teori terakhir mengatakan bahwa faktor genetika memegang peranan penting pada terjadinya autistik[2]. Bayi kembar satu telur akan mengalami gangguan autistik yang mirip dengan saudara kembarnya. Juga ditemukan beberapa anak dalam satu keluarga atau dalam satu keluarga besar mengalami gangguan yang sama.
Selain itu pengaruh virus seperti rubella, toxo, herpes; jamur; nutrisi yang buruk; perdarahan; keracunan makanan, dsb pada kehamilan dapat menghambat pertumbuhan sel otak yang dapat menyebabkan fungsi otak bayi yang dikandung terganggu terutama fungsi pemahaman, komunikasi dan interaksi.
Banyak ahli melakukan penelitian dan menyatakan bahwa bibit autisme telah ada jauh hari sebelum bayi dilahirkan bahkan sebelum vaksinasi dilakukan. Kelainan ini dikonfirmasikan dalam hasil pengamatan beberapa keluarga melalui gen autisme. Patricia Rodier, ahli embrio dari Amerika bahwa korelasi antara autisme dan cacat lahir yang disebabkan oleh thalidomide menyimpulkan bahwa kerusakan jaringan otak dapat terjadi paling awal 20 hari pada saat pembentukan janin. Peneliti lainnya, Minshew menemukan bahwa pada anak yang terkena autisme bagian otak yang mengendalikan pusat memory dan emosi menjadi lebih kecil dari pada anak normal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa gangguan perkembangan otak telah terjadi pada semester ketiga saat kehamilan atau pada saat kelahiran bayi.

  1. Karakteristik
Anak autistik mempunyai masalah/gangguan dalam bidang:
1. Komunikasi:
- Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
- Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi kemudian sirna,
- Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
- Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang
lain
- Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
- Senang meniru atau membeo (echolalia)
- Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti
artinya
- Sebagian dari anak ini tidak berbicara ( non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal)
sampai usia dewasa
- Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya
bila ingin meminta sesuatu
2. Interaksi sosial:
- Penyandang autistik lebih suka menyendiri
- Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
- Tidak tertarik untuk bermain bersama teman
- Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh
- Ekspresi wajah, postur tubuh dan gerak - gerik sangat kaku, tidak ada timbal balik sosial
atau emosional, tidak memiliki ekspresi emosional terlihat bagaimana ekspresi wajahnya
biasa saja ketika bertemu ibunya ataupun ketika digendong oleh bapaknya
3. Gangguan sensoris:
- sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk
- bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
- senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
- tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut
4. Pola bermain:
- Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya,
- Tidak suka bermain dengan anak sebayanya,
- tidak kreatif, tidak imajinatif
- tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya di putar-putar
- senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda,
- dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa
kemana-mana
5. Perilaku:
- Dapat berperilaku hiperaktif ataupun hipoaktif
- Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan
seperti burung, berputar-putar, mendekatkan mata ke
pesawat TV, lari/berjalan bolak balik, melakukan gerakan yang diulang-ulang
- tidak suka pada perubahan
- Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong
- Minat dan aktivitas yang terbatas
6. Emosi:
- sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan
- temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan
keinginannya
- kadang suka menyerang dan merusak, terutama ketika merasa terancam
- Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri
- Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain



  1. Upaya Penyembuhan Penderita Autis
Adapun upaya yang dapat dilakukan unutk mengatasi penyakit ini adalah dengan melekukan Therapi pada anak yang mengalami Autis.
Penderita Autisme biasanya dirawat dan disekolahkan dalam sekolah khusus anak autisme.
Meskipun anak autis tidak bisa disembuhkan secara sempurna, namun anak tersebut dapat dilatih agar mampu hidup mandiri. Pendidikan yang diberikan pada sekolah khusus tersebut umumnya menekankan pada pemberian stimulasi melalui terapi – terapi (psikoterapi) sehingga anak dapat mengadakan kontak sosial dan mengurangi atau menghilangkan perilaku yang abnormal. misalnya dengan teori penguatan perilaku yaitu memberikan sesuatu yang disukai anak (buku puzzle) dengan syarat dia mau bergabung kembali dengan kelasnya, ataupun Guru jika di sekolah yang mengingatkan anak untuk menatap matanya[3].
Keluarga juga sangat berperan dalam melakukan terapi perilaku. Kesabaran dan ketekunan orang tua untuk berusaha menerima dan memberi stimulasi dengan kata – kata, ataupun dengan memberikan kasih sayang seperti selalu memeluk anak sampai tertidur.
Umumnya terapi – terapi yang digunakan disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala-nya, beberapa jenis terapi yang biasa diberikan pada penderita autisme yaitu:
  1. Terapi Edukasi,
Dengan memberinya pendidikan kognitif secara sederhana dan praktis seperti membaca, menulis atau mengenalkan benda tertentu, anak diberi kumpulan kartu yang berisi gambar dan nama – nama orang disekitarnya, serta hal – hal yang perlu diperhatikan, misalnya gambar oven dengan tulisan hati – hati ini panas atau jangan bicara dengan orang asing.


  1. Terapi Okupasi
Yaitu dengan melatih gerakan motorik otot - ototnya, misalnya dengan melepas baju, atau menaruh tas. misal melatih anak membuat minuman sendiri, yaitu membuka bungkus minuman, lalu mengaduknya, walaupun anak belum bisa mengambil sendiri jenis minuman tersebut.
  1. Terapi Bicara,
Yaitu pemberian stimulus tertentu yang mendorong anak untuk berbicara. Contohnya tiap kali pulang dan masuk rumah selalu berkata “Mami, saya sudah pulang”, tidak peduli ada atau tidak ibunya di tempat itu.
  1. Terapi obat-obatan,
Yaitu dengan memberikan obat yang menurunkan hiperaktifitas, sterotipik, menarik diri, kegelisahan, dan afek yang labil. Contohnya obat penenang (sesuai dosis)
  1. Terapi Makanan,
Yaitu dengan memberikan gizi yang cukup pada makanan-nya agar perkembangan sel tubuh tidak terganggu.
Autisme memang tidak dapat disembuhkan secara total, namun demikian diharapkan semakindini dalam penanganan penderita autisme semakin besar kesempatannya untuk dapat berperilaku normal, mandiri dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya.




PENUTUP


  1. Kesimpulan
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pada anak mengenai beberapa hal, antara lain : komunikasi, Interaksi social, perilaku, cara bermain, emosi dan imajinasi.
Factor yang paling berperan penting dalam autisme ini adalah factor bawaan, atau factor gen.
Autisme dapat ditangani melalui cara therapy, yakni therapy edulasi, okupasi, bicara, obat – obatan, dan makanan. Penyakit autis ini tidak dapat disembuhkan secara total, namun dengan berbagai upaya penyakit ini dapat di minimalisir pengaruhnya terhadap perkembangan anak.


[1] Azizi Yahaya, Noordin Yahaya & Zurihanmi Zakariya. Psikologi Sosial.
         (Skudai : Universiti Teknologi Malaysia, 2004).hlm. 52
[2] Ibid,.hlm, 63
[3] Martini Jamaris. Perkembangan dan pengembangan anak. ( Bandung:  Grasindo, 2006). Hlm 55

Postingan populer dari blog ini

TO BE AND AUXILIARY VERB

ISLAM SEBAGAI AJARAN, PEMAHAMAN DAN PENGAMALAN

Etika Guru Terhadap Atasan (Pemimpin)